Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pengalaman Menjadi Pendamping Anak-anak Ukraina di SD Jerman

21 April 2022   03:46 Diperbarui: 21 April 2022   06:00 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak berdiri di perbatasan antara Polandia dan Ukraina, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi militer di Ukraina timur, di Medyka, Polandia, Minggu (24/2/2022). (REUTERS/Kacper Pempel)

Pada hari pertama saya masuk, sudah ada siswa baru dari Ukraina. Bersama ibu dan kakak perempuannya, Lagi disekolahkan di SD tempat saya magang di kelas 2. 

Begitulah Jerman, modelnya nurunin pangkat. Kalau dia di Ukraina kelas 3 SD, dia turun jadi kelas 2 SD. Kalau kelas 1 SD jadi TK, deh. 

Selama mendampingi mereka, saya seperti ibu sambung. Awal-awal, maunya sama saya, seperti buntut ke mana-mana. Baru minggu kedua, sudah bisa nakal. Eh, mereka bergabung bersama teman sebayanya. 

Karena saya sudah punya anak tiga, sudah tahu model malu-malu kucing begitu. Harap maklum. Jadinya, dinikmati saja. Toh, mereka masih di bawah umur. Anak-anak sudah melewati masa itu. Jadi seperti mengulang cerita lama. Eaaaaa.... Awet muda. 

Susahnya Bahasa Ukraina 

Begitulah, saya masuk di kelas 2 di mana seorang guru akan meminta bantuan saya mendampingi 2 bocah Ukraina yang mengungsi bersama mama dan saudaranya. Mengapa nggak ada ayahnya? Karena beda dengan perang di Suriah yang membuat banyak generasi muda Suriah mengungsi ke Jerman, justru laki-laki di Ukraina patriotisme banget nggak mau meninggalkan negaranya dan memilih membantu negaranya, perang! 

Biasanya, orang tua dari laki-laki yang memutuskan untuk tetap berada di Ukraina, akan tinggal bersama juga. Makanya nggak ada nenek-kakek yang ikut. Ceritanya sih, begitu. 

Dalam lamaran dan kontrak, saya sebenarnya ditempatkan di kelas 1 dan 2 ditambah kelas siang untuk bimbel (membantu anak-anak mengerjakan PR). Nah ini, karena saya didapuk jadi guru bahasa Jerman dadakan, awalnya, saya ikut bingung. 

Saya harus bagaimana? Beberapa modul buku untuk dipelajari anak-anak pengungsi memang sudah disiapkan oleh sekolah. Tetapi rupanya, saya liatnya pening. Mana bisa saya baca? Itu tulisannya kan simbol bukan ABC. Gimana coba? Bisa koprol, ah. Thanks to technology! Untung ada Google Translate dan HP. 

Jika ada apa-apa, mengalami kesulitan, segera mengetik di sana dan menyodorkan pada si anak. Namun saya ingat, bahasa adalah praktek. Kalau nggak dipraktekkan anak nggak bisa-bisa. Semaksimal mungkin saya berbicara dengan bahasa Jerman. Walaupun demikian, sesekali mama atau kakak mereka mengajak saya bahasa Inggris. Nggak papa, sih, daripada lidahnya kegigit. 

Oh, ya. Modul yang harus dipelajari adalah ABC, misalnya A untuk Apfel" (red: apel), R untuk Rucksack" (red: ransel) dan seterusnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun