Berkas yang saya kirimkan adalah surat lamaran, CV, nilai rapor semester terakhir, fotokopi sertifikat penghargaan mendapatkan nilai baik dari kampus dan surat rekomendasi dari pimpinan mengenai bagaimana saya selama ini bekerja di TK.
Hal yang harus saya ingat dari melamar ini adalah harus hati-hati memeriksa nama dan alamat yang lengkap dan tepat. Kejadian, saya salah menulis nama keluarga karena tertukar dengan alamat lain.
Misalnya harusnya Ibu Melanie Kuhl di SD A dan Ibu Klaudia Winter di SD B, saya tulis Ibu Melani Winter di SD A.
Untungnya, mereka memaklumi dan hanya meminta pengiriman ulang melalui surel.
Aduh, saya malunya nggak karuan. Walaupun yang salah hanya bagian amplopnya saja, tetap saja merasa nggak professional atau asal-asalan. Ih, sembrono dipiara! Gemes.
Asyiknya menjadi guru pendamping anak-anak pengungsi
Waktu saya ditanya teman-teman, "Lah kamu bahasa Jermannya grotal-gratul begitu, bagaimana mengajar di SD?"
Kalau di TK kan anak nangis, nggak perlu ngomong banyak tapi anak cukup disayang sudah diam, beres kerjaan. Beda.
Kemudian pertanyaan lain lagi, "Kerjaan kamu di SD apa saja? Kamu bisa? Seharian di SD, kamu nggak pusing? Anak-anak pasti lebih nakal dan lebih bandel dari anak TK", dan pertanyaan lainnya.
Mana bisa saya jawab pertanyaan tersebut? Kan belum dicoba, guys? Baru bisa menjawab setelah ada pengalaman.
"When we'll never try, we'll never know," kata mas Chris dari Coldplay melalui lagu "Fix you." Iya, kan? Inilah saatnya! Saya membuktikan bahwa kalau ketakutan membuat sebuah keberhasilan tertunda, sayang sekali rasanya. Makanya harus berani! Yup.