Ya ampun, di sana juga banyak yang antre.
Dengan keranjang yang sudah dipenuhi tas atau koper, barisan numpuk. Saya menengadah, ada papan yang tergantung. Tulisannya memberi peringatan keras " Waspada! Penipuan karantina, beware: quarantine fraud.
Dari berita di media massa dan elektronik, ternyata ada calo-calo hotel yang menawarkan harga 19 juta per orang. Padahal untuk hotel bintang tiga yang saya booking, ratenya mulai dari Rp 9.799.000, Rp 10,699.000, Rp12.499.000. Berarti lebih mahal dari standar yang bisa dijangkau warga pada umumnya.
Pemeriksaan bandara berlapis-lapis
Pemeriksaan memang berlapis-lapis tadi. Saya kira-kira ada 10 kali dari ketibaan sampai exit menuju parkir.
Kursi-kursi merah di sana, mengingatkan pada kursi gedung pernikahan, menanti kami. Tas punggung warna pink saya letakkan di sebelah kursi, capek. Duduk sembari menghela nafas. Pasti alamat lama.
Tak berapa lama, petugas mempersilakan kami untuk berdiri dan membentuk dua barisan. Saya pilih barisan sebelah kanan. Kemudian, saya diminta maju dan duduk di salah satu loket sebelah kanan. Mbak Petugas menanyakan paspor dan PCR negatif dari negara asal, Jerman. Negatif.
"Di Jerman ngapain?"
"Saya tinggal di sana dan kuliah."
"Baik."
"Sudah semuanya?"