Kelas kami tampak lengang. Teman-teman sudah beredar menuju tempat-tempat di mana mereka bisa makan siang. Istirahat 1 jam cukup untuk mengisi perut yang keroncongan sedari pukul 7 pagi.
Saya paling malas pergi ke restoran, toko roti atau keluar untuk istirahat. Biasanya, saya membawa bekal dari rumah. Misalnya roti, buah atau segelas alpokat. Selain itu, saya bisa sembari sedikit baca-baca bahan yang baru saja diberikan guru atau materi yang nanti akan dibahas.
Usai makan, saya terlibat obrolan dengan teman-teman muda. Mereka membahas soal pandemi. Saya bilang, di Norwegia nggak ada corona. Kehidupan sehari-hari terlihat biasa seperti nggak ada bahaya virus Covid 19.
Ana: "Kok, kamu tahu, Gana?"
Maria: "Iya, nih, Gana baru pulang dari Oslo. Sendirian lagi."
Ana: "Hah, kapan?"
Saya: "Liburan kemarin."
Ana: "Aku suka travel tapi nggak berani ah, sendirian. Serem."
Saya: "Yah, masih muda. Harus berani, mumpung belum ada buntut. Apalagi EU kan aman, daerah hijau. Ayo, travel, dong. Sudah divaksin lengkap, kan. Aku sudah memulainya ketika aku masih muda."
Setahu saya, selama berada di Jerman dan berkenalan dengan banyak lansia Jerman, mereka itu paling demen traveling. Entah sendirian atau bersama teman, kegemaran itu seperti minum obat. Rutin, dijalani. Kalau nggak jalan-jalan, kakinya pegal aka badan sakit semua.