"Buk ... kamu ngapain?" Suami membuka pintu ruang komputer di mana saya sedang bergaya di depan HP.
"Bikin rekaman nyanyi" Muka saya gemes, rekamannya harus diulang karena ada suara suami. Jiahhhh.
"Nggak usah, repot amat, buat apa? Ayo, nemenin aku nonton Simpson saja." Wajah suami sudah mendung.
"Ihhh ... sebentar kenapa, sih. Ini untuk lomba 17 an di KJRI. Dateline hari ini, 2 jam lagi." Merasa sudah daftar, sebaiknya harus mengirim hasil rekaman untuk diikutisertakan. Kemarin-kemarin selalu ketinggalan ikut lomba 17 an. Kali ini harus ikut.
"Nggak usah, nanti hadiahnya aku beliin." Suami memaksa. Daripada istrinya nyari hadiah, suami saja yang sediain.
"Nggak bisa, paaaak." Kata saya manjah.
"Ya udah, HP sama laptop aku umpetin, sini." Pria saya mulai usil.
"Ih, jahaaat, ... sebentaaaar saja, kok. OK?" Pinta saya sembari menyembunyikan HP.
"Ah, janjimu." Suami pergi. Ngambek kerana saya keukeuh meneruskan rekaman menyanyikan lagu "Bangun Pemudi-Pemuda."
Ah, biasa, suami saya nggak tahu bagaimana rasanya ikut lomba 17 an itu sesuatu. Dan lomba di luar negeri kan lucu. Ini lagi, lombanya dengan online karena pandemi. Artinya, kita nggak perlu ke mana-mana, hanya lewat online, jadi. Seru.
Dari salah satu lagu, saya pilih "Bangun Pemudi-Pemuda" karena kayaknya enak dinyanyikan dengan ceria. Tadinya mau pilih "17 Agustus", saya takut lupa teksnya. Hahaha .. sudah lama nggak nyanyi lagu itu. Nyanyinya lagu alternatif. Xixixi.
Supaya tampilannya wow ala zaman perjuangan, saya pakai kebaya dari bahan jumputan warna pink yang saya beli di pasar tradisional Solo tahun 2017. Dengan kucir pinggir, saya tampil ceria. Mungkin waktu itu habis makan durian, jadi semangat banget. Pokoknya bikin gemes yang nonton, dengan jumlah klik 1600 an, tertinggi dari peserta lain. Eaaaa....
Karena saya bisanya pukul panci, saya punya ide pakai iringan instrumen dari youtube. Usai merekam suara saat menyanyi, saya mengirimkan lewat g drive ke email panitia 17 an di KJRI Frankfurt, Jerman. Peserta memang hanya boleh yang tinggal di wilayah kerja KJRI itu. Maafkan yang punya suara emas tapi bukan diaspora di sana, nggak boleh ikut.
Rekaman selesai, tugas selesai, saya ngglendot suami. Suami pun bahagia.
***
Hari berlalu. Saya sudah lupa kalau ikut lomba dan nggak tahu menang nggak.
Nah, akhirnya ... karena diminta bapak Konjen untuk membuat tumpeng dalam rangka perayaan HUT RI ke -76, kami pun datang ke Wisma KJRI di Frankfurt yang tiga jam dari rumah.
Nggak disangka, sehabis potong tumpeng, ternyata ada pengumuman kalau saya menang lomba menyanyi, juara II dengan gift voucher belanja 50 euro atau sekitar Rp 750.000.
Sedangkan lomba pidato, karena peserta hanya dua, satu gadis dan saya, lomba dibatalkan tapi saya tetap mendapatkan hadiah 25 euro atau sekitar Rp 350 K. Lumayan. Dapat piagam penghargaan bertinta emas dari KJRI itu juga sesuatu. Seribu satu.
Yup, itu tadi pengalaman ikut lomba nyanyi walaupun saya bukan penyanyi. Paling banter nyanyi di kamar mandi kalau pas mandi atau di taman kanak-kanak saat di dapur. E, ternyata menang juga waktu ikut lomba 17 an dari rumah.
Rejeki memang tak lari ke mana.
Surprise, bukan. (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H