Ini terjadi selama seminggu. Setiap hari, anak-anak mencari saya. Kalau tidak di dapur, mereka berhasil menemukan saya di TK besar. Dan lagi-lagi, meminta saya untuk kembali. "Ah, maafkan daku .. aku mencintai kalian, merindukan kalian." Lirih saya bisikkan ke telinga anak-anak itu sembari memeluk mereka erat-erat. Mereka bukan anak-anak saya, tapi saya tahu apa yang mereka butuhkan.
Keyakinan bahwa mereka merasakan perhatian dan kasih sayang selama 6 bulan ini tentu menjadi faktor mengapa mereka tak bisa melupakan saya. Padahal setiap hari, muka saya tertutup masker paling tidak 7-8 jam per hari. Bagaimana mereka mengingat wajah saya? Mungkin dari bau badan. Yaelahhhh ... sengat bumbuuu kali.
Dari kisah ini, bisa saya tarik benang merah bahwa jika mengenal seseorang dan ada keunikan yang dimilikinya, pasti ini tak bisa dilupakan. Walaupun itu dipisahkan jarak dan waktu? Tidak, tidak bisa. Tak kenal, maka tak sayang. Kalau begitu, kenalilah saya. Jiahhh.
Akhirnya, menjadi diri sendiri, ikhlas dengan segala apa yang kita lakukan dalam hidup, menjalaninya dengan hati bukan karena semata-mata ada kamera CCTV yang mengintai, adalah hal baik yang harus kita ingat. Pasti ada umpan balik positif yang akan kita terima. Kenikmatan dari dalam yang tidak bisa digantikan dengan material semahal dan sebagus apapun.
Sebab ketika kita dirindukan, rasa yang ada di dada itu hanya... "mak nyessss."
Sekarang diingat-ingat, apakah ada orang yang merindukan kalian? Atau sebaliknya, kalian merindukan seseorang? Berarti ada sesuatu yang spesial, betul? Berbahagialah karena hidup itu indah saat kita merindukan orang atau dirindukan orang. Mak jleb.(G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H