Wah sudah lama nggak nulis. Maafkan. Rasanya bekerja sambil sekolah memang berat apalagi di negeri orang. Semua dikerjakan sendiri, hari habis sudah.
Untungnya, hasrat ingin menulis tetap ada. Cari waktunya memang harus mencuri-curi begitu.
Ah, teman-teman, mumpung hari ini libur, saya nulis pengalaman asyiknya tidur bareng ABG. ABG ini adalah anak-anak kami yang perempuan.
Ceritanya, suatu hari, suami pergi ke luar kota karena ada kawan yang berulang tahun ke-50. Namanya hari istimewa, pasti ia bela-belain untuk mendatangi acara yang hanya mengundang dua tamu; suami dan satu orang Vietnam. Andai tidak ada corona, sudah ada rencana menggelar pesta dengan ratusan orang. Oh, iya. Teman yang berulang tahun sudah 20 tahun berkawan dengan suami. Indahnya persahabatan ketika saya semakin tahu bahwa berteman dekat itu tidak sekedar berapa lama sudah menjalin hubungan, melainkan sebagus apa kualitasnya.
Dengan membawa hadiah berubah Gas Grill atau alat barbecue di bagasi mobil, ia berangkat. Kami pun yang ditinggal bergembira. Horeee ... home sweet home. Saya yakin dengan perpisahan dengan masa yang pendek ini akan membuat kami saling merindukan. Menyadari betapa selama ini ada harta karun yang sudah dimiliki; keluarga. Hal ini tidak boleh pernah dilupakan dalam hidup. Mensyukuri apa yang ada.
Nah, karena saya sendirian di kamar, saya punya ide supaya anak-anak tidur bersama saya selama suami tidak berada di rumah. Bukan lantaran takut, tetapi lebih pada memanfaatkan waktu bersama anak-anak, yang entah kapan suatu hari pasti akan meninggalkan saya. Sepertihalnya saya meninggalkan ibu dan bapak di Indonesia. Ini fenomena yang biasa dalam kehidupan, tinggal siap nggak siap saja. Iya, kan?
Apa kata anak-anak dengan gagasan ini? Coba tebak!
Yup. Senangnya bukan kepalang. Biasanya kalau disuruh tidur, anak-anak itu muterrrrr saja. Sejam kemudian baru di tempat tidur. Eh, ini belum disuruh, sudah pada masuk kamar saya dengan perangkat lenongnya. Mirip seperti di hotel; ada snack, ada botol minum, ada buku, ada HP ...
Bahkan .... kucingnya dibawa sekalian. Mengalah dengan kepentingan anak-anak karena rasa sayang sama mereka.
Yailah. Kucing hitam itu milik tetangga. Namun karena sering ke rumah kami dan disayang sama anak-anak, itu kucing jadi seperti kucing piaraan. Saya sebenarnya keberatan karena rambut kucingnya nyebar di seluruh penjuru rumah. Menghilangkannya tidak mudah. Pusing. Di Jerman, kebersihan itu wajib dan jadi nomor satu. Beda prinsip dengan di tanah air, bukan?
Sebelum tidur, kami menonton TV bersama sambil cerita ngalor-ngidul. Soal medsos lah, tentang Germany Next Top Model lah. Bab jajan lah, adaaa saja yang bisa diobrolin. Seneng banget mereka itu. Katanya seperti liburan, padahal di rumah saja. heran, ya, kok masih ada ABG yang mau tidur bareng mamanya. Inilah cinta, berjuta rasanya.