Makanya sebelum disuntik Biontech, saya bertanya apa saya boleh mendengarkan musik favorit dari earphone. Kata dokter nggak usah karena kayak digigit semut. Tidak ada pertanyaan khusus dari dokter "Apa kamu punya alergi?", "Apa kamu konsumsi obat?", saya hanya bilang, nanti saya mau kontrol juga selain vaksin karena saya sering pipis. Xixixi....
Habis disuntik, disuruh duduk selama 15 menit di ruang tunggu, setelah disuntik untuk mengetahui apakah saya ada alergi atau efek samping lain. Selama menunggu, saya mendengarkan lagu The Corrs sama Shania Twain yang mengharu biru.
Seorang teman yang guru TK, nekad disuntik AstraZeneca, padahal umur baru 19 tahun. Ia hanya mengalami lemas dan pusing saja, tidak ada tanda biru di tangan atau sejenisnya yang menandakan trombosit.
Ya. Setengah jam berlalu, dokter lupa saya, katanya 15 menit. Akhirnya, dokter memanggil saya untuk disuruh pulang. Vaksin aman.
Menyetir sendiri, 5 menit sampai rumah. Tidak ada gejala apapun. Segera saya mengerjakan tugas sekolah di ruang computer. Setelah dua jam, mata serasa ngantuk, disirep magic dukun mana gitu.
Badan saya lemes mau tidur. Untung ada sofa di belakang meja belajar saya. Saya pun segera merebah dan tidur selama 1 jam. Iya, seperti pohon tumbang gitu, deh. Ditebang, tok-tok-tok terus brakkkk ... ambruk di tanah! Yailahhh.
Begitu bangun, saya segar. Alhamdulillah, saya masih hidup. Doakan saya untuk vaksin kedua beberapa minggu lagi, ya. Beruntung buat kalian yang mendapat vaksin dari Johnson yang hanya sekali suntik, habis perkara.
Oh, iya. Ketika saya cerita ke teman-teman guru TK soal tumbangnya saya, mereka mengiyakan gejala ini. Tapi kebanyakan kata mereka pada suntikan kedua, bukan pertama. Lah, berarti suntikan kedua nanti, saya tumbang lagi, dong? Oh, noooo! Pleeeease, deh. (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H