Meski tidak seperti masa pendidikan ayah ibu saya yang lebih dahsyat, yaitu mendapatkan pelajaran budi pekerti saat di bangku sekolah, pendidikan yang saya dapatkan tersebut di atas sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di luar negeri, sangat diperlukan!
Di Jerman, tidak ada perbedaan gender saat melakukan tugas di dalam atau di luar rumah, tetapi rasanya seperti mendapat hadiah Lotto milyaran ketika saya bisa mengerjakan semuanya sendiri di negeri orang.
Maklum, negeri Jerman misalnya sangat menganut sistem kemandirian dan kedisiplinan yang tinggi dibanding di tanah air. Jadi karena di SD dulu sudah diajarkan dan dipraktekkan sampai dewasa saat di rumah, itu menjadi ketrampilan 1001 yang tidak semua perempuan mau dan mampu. Nggak percaya?
Memasak
Tadi sudah saya sebutkan bahwa di SD saya diajarkan ibu guru, cara membuat Sentiling. Bagi orang Jawa pasti sudah sering mendengar bahkan mengudapnya. Kue dari bahan parutan ketela pohon yang diberi warna dan tabur parutan kelapa itu dikukus. Ini tentu menjadi dasar bagi siapapun anak perempuan Indonesia, bahwa jajanan pasar itu adalah warisan budaya yang harus dilestarikan. Tak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri.
Ketrampilan membuatnya akan sangat bermanfaat karena ini akan menjadi promosi kuliner gratisan. Banyak kegiatan budaya yang membutuhkan snack luar biasa yang tidak ditemukan di luar negeri. Kalau yang bikin orang asli Indonesia pasti rasanya beda. Bikin sendiri apalagi pasti hasilnya lebih memuaskan, tahu pasti nutrisi yang dikonsumsi, serta bikin bangga.
Coba kalau harus mendatangkan ahli tukang bikin jajan pasar dari Indonesia simbok dari pasar mana begitu atau chef dari hotel atau restoran berbintang berapa. Banyak bea yang harus dikeluarkan dan pasti repot bukan?
Oh, ya, anak perempuan juga harus diajarkan cara membuat pizza, spaghetti, cordon bleue, sushi, steak atau makanan asing lainnya, supaya kalau ke luar negeri bahkan sampai tinggal di sana sudah mahir. Jangan-jangan ikut pertemuan internasional kelaparan karena lidahnya nggak cocok dengan makanan asing yang disajikan. Terus buntutnya rebus indomi di dalam kamar. Nah, belajar memasak, kalau tidak pernah ke dapur, tidak pernah diajarkan di sekolah, bagaimana mungkin bisa?
Menyetrika
Di kelas 6, ada ujian menyetrika dalam mata pelajaran pendidikan seni dan ketrampilan di SD kami. Jadi sebelumnya, guru mengajari cara menyetrika baju hem dengan baik dan benar. Barangkali dipilih kelas teratas lantaran sudah bisa mengerti soal bahaya panas dari alat setrika dan tentu listrik dari kabel. Kalau diajarkan di kelas yang lebih rendah anak-anak pasti kurang awas.
Nggak menyangka bahwa ini akan bermanfaat untuk melaksanakan tugas rumah tangga. Bayangkan saja kalau menyetrika ditunda-tunda karena tidak bisa, alamat gunungan cucian bersih meledak.