Karena Fruehling atau musim semi ini hanya tiga bulan, tidak boleh disia-siakan. Kalau ketinggalan, harus menunggu tahun depan. Sayang, bukan? Musim di Jerman berganti setiap 3 bulan sekali selama 4 kali. Nggak monoton, penuh warna. Ini menjadikan kita terlatih hidup melewati segala musim.
Kegiatan sesuai tradisi ini juga bagus demi mempererat kekeluargaan, persaudaraan dan pertemanan yang di Jerman mungkin berbeda dengan Indonesia yang makan nggak makan kumpul. Namanya juga orang barat, mereka memiliki karakter yang berbeda dengan bangsa timur.
Oh, ya. Di Jerman, nggak perlu tinggal di tengah hutan dan gunung seperti saya untuk menemukan Osterwanderweg tadi yang bisa ditempuh jalan kaki selama 30 menit atau 1 jam bolak-balik. Di kota besar seperti Berlin (Mueggelsee), Hamburg (Ochsenzoll ke Eppendorf), Muenchen dan Frankfurt pun tetap ada.
Jadi kalau kalian akan jalan-jalan ke Jerman menuju kota besar, masih ada, kok tempat alami yang ditemukan karena Jerman sangat ramah lingkungan. Jaraknya kadang lebih jauh, sampai 2-3 jam baru sampai. Memakai sepatu yang nyaman dan kuat sangat perlu, tak lupa membawa bekal air dan penganan kecil seperti buah dan biskuit dalam tas punggung.
"Osterwanderweg" atau jalan setapak paskah ini bisa menjadi inspirasi bagi pengelola tempat wisata di tanah air. Meskipun nasrani adalah agama minoritas di negeri kita, tapi pasti ada juga yang ingin merayakan dengan tradisi ini. Saya nggak tahu, apakah hal ini sudah ada di negeri tercinta?
Baiklah. Selamat merayakan paskah bagi teman-teman yang beragama nasrani. Berjalan-jalanlah di tempat alami, patuhi protokol kesehatan, temukan telur dan kelinci, lalu buatlah hari menjadi lebih indah! (G76).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H