Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Berbagi Makanan untuk Orang Tua

20 Maret 2021   01:27 Diperbarui: 20 Maret 2021   01:58 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiriman alpukat dik Mira untuk ibu saya (dok:mira)

Namun saya yakin, kalau kita jadi orang baik, ada kebaikan yang akan menemui kita. Setidaknya kemarin, di mana dik Mira Habibah, sekretaris komunitas Warga Kota mengirimkan 500 gram alpukat untuk ibu saya. Masyaallah ... baik sekali. Padahal ketemu sama gadis itu juga baru di zoom, dunia maya!

Kiriman alpukat dik Mira untuk ibu saya (dok:mira)
Kiriman alpukat dik Mira untuk ibu saya (dok:mira)
Besaaaaat sekali! (dok.Mira)
Besaaaaat sekali! (dok.Mira)
Kulitnya tipis (dok.Mira)
Kulitnya tipis (dok.Mira)
Ini alpukat di Jerman yang mahal dan seupil (dok-Gana)
Ini alpukat di Jerman yang mahal dan seupil (dok-Gana)
Teman-teman, saya penyuka alpukat. Sudah saya ceritakan beberapa waktu yang lalu, bahwa setiap minggu saya beli alpukat impor dari Afrika atau EU. Harganya satu buah bisa dapat satu kg di Indonesia. Andai saya tinggal di Indonesia pasti saya borong hasil bumi dik Mira. Sayang, jauh. Makanya saya pesan tur guide itu, supaya kalau panen, saya mau kirim ibunda di Semarang. Iapun meluluskan permintaan saya bahkan lebih cepat dari April, bulan panennya. Biasanya, dik Mira rutin mengirim alpukat kebunnya pada Maudy Kusnadi, istri si Doel anak sekolahan. Luar biasa sekali kalau saya juga ikut dibagi. Alhamdulillah, rejeki tak lari ke mana.

Ah, kebaikan dik Mira tak hanya sekedar mengirim pada ibu saya, tapi juga pakai gratis-tis. Ya Allah, dik, semoga Allah memberikan rejeki bagimu. Apa yang hilang semoga akan diganti dengan lebih banyak lagi. Tidak pernah ada yang sia-sia untuk sesuatu yang baik dan tulus. Terima kasih banyak.

Perempuan berjilbab yang sudah ditinggal kedua orang tuanya ke alam baka itu juga menekankan pada saya tentang bagaimana indahnya berbagi dengan orang tua. Jika ia tidak  bisa membahagiakan orang tuanya sekarang ini karena mereka sudah tiada, ia bisa membantu saya menyenangkan ibu. Malaikat kecil, semoga ini adalah timbangan pahalamu.

Mungkin budaya mengirim makanan pada orang tua atau tetangga, tidak lazim di Jerman. Namun, saya ingin bahwa ini menjadi role model anak-anak kami. "Apa yang kamu makan, jangan dilahap sendiri. Bagikan pada orang terdekat, supaya kebaikan-kebaikan lain akan terus berlanjut dalam hidup. Karena ketika kamu mati, apapun yang kamu punya tidak ada gunanya. Manfaatkan semua yang ada selama nafas masih berhembus." 

Selamat berakhir pekan. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun