Pondasi
Ini perlu supaya ada dasar yang kuat di mana paving akan diletakkan. Biasanya setebal 100 mm dengan batu (Kiess-kecil dan Schotter-besar).
Untuk meratakannya ada alat khusus, untuk menekan permukaannya supaya padat berisi. Baru disiram pasir secara merata. Ini dibandrol pada Rp 400 K per kuadrat meter.
Pemasangan garis batas batu
Seperti halnya manusia, harus ada aturan supaya tidak seenaknya sendiri. Demikian pula paving, supaya tidak ke mana-mana, paving harus dibatasi dengan batu di sekelilingnya agar menyatu, seperti pagar lah. Harganya pemasangannya per kuadrat meter mencapai Rp 85 K.
Pemasangan paving
Bagian tersulit darinya adalah pemotongan. Alatnya harus khusus dan termasuk penyumbang polusi suara yang memekakkan telinga. Untuk membantu pemasangan tetap lurus, diperlukan senur putih atau merah. Ini sama dengan bea untuk pembuatan pondasi.
Penuangan pasir
Setelah paving terpasang, jarak di antara paving harus ditutupi supaya tidak kemasukan kotoran seperti daun, batang, batu atau yang lain.
Makanya, perlu adanya pasir untuk menutupinya. Pasir akan membantu penyerapan air yang datang dan menyedotnya ke bawah tanah.
Dari semua proses, diperkirakan paving dengan luas 100 meter persegi dikerjakan selama 1 minggu dengan bea 7900 euro atau Rp 136 juta. Kok, bisa?
Sebab yang mengerjakan paving biasanya hanya 2 orang, berbeda dengan pemandangan pekerjaaan bangunan di Indonesia yang buanyaaaaaak banget tukang yang bekerja dalam satu proyek dan biasanya tarifnya lebih murah.
Di Jerman, alatnya banyak dan tersebar di segala penjuru di sekitar tempat yang direnovasi. Kata mereka, mesin lebih cepat dan tidak rewel protes ini dan itu. Kalau bermasalah, tinggal dimatikan dengan menekan tombol "off", habis perkara.
Memang harga blue collar sama mahalnya dengan white collar, alias penghargaan kepada tenaga kasar dengan menggunakan keterampilan tangan sangat dihargai. Manusiawi tapi kantong pun jadi bolong.