Tentu saja saya terkejut mengetahui kenyataan bahwa orang Jerman yang lebih banyak saya kenal sebagai pribadi berkarakter lurus, kuat, agak kaku, agak dingin dan banyak aturan, sangat menyukai drama Korea. Padahal drama Korea itu kesannya lebih condong ke arah lembut, hangat, melankolis dan romantisnya mengharu-biru. Betul?
Meskipun saya bukan pecinta drakor, tetapi sudah pernah melihat "Busan" dan "Parasite", produksi berbahasa non-Inggris pertama yang memenangkan Oscar untuk Film Terbaik. Filmnya bagus, kagum bagaimana sineas di Korsel bisa sehebat itu bikinnya?
Nah, akibatnya, bagi orang Indonesia, sangat normal kalau kita ini suka film Korea dan atau drakor. Bagaimana dengan orang Jerman?
Heran, saya sungguh heran suami saya suka sekali film Korea (bukan drakor). Pertama, kata suami saya, ini demi menyenangkan saya yang suka film horror. Rata-rata film Korea yang bagus adalah yang horror. Kalau saya mau diajak nonton pertandingan bola, dia rela menemani saya nonton horror.
Kedua, saya taksir pasti karena artisnya cantik-cantik. Kecantikan yang gambarannya model langsing, kulit putih mulus bersinar, wajah kecil, mata almond, baju bagus dan rambut hitam. Itu tentu saja berbeda dengan kecantikan orang Jerman yang tinggi, besar, wajah lebar, rambut pirang dan mata besar nan warna-warni tanpa harus pakai contact lens.
Selain itu apalagi? Ketiga, Korsel punya pasar bioskop terbesar kelima di dunia. Disinyalir, ini adalah efek popularitas K-pop dan K-drama, drakor.
Saya kurang menyukai film dengan seri karena kalau ketinggalan bisa menyesal. Saya lebih suka film yang sekali habis. Jadinya, kami tidak pernah menonton drakor yang berseri-serinya.
Daftar drakor favorit orang Jerman
Adalah Jenny, seorang diaspora Korsel yang ada di Jerman yang menuliskan artikel tentang drakor dalam website pribadinya, "Minseo." Di sana, ia menceritakan drakor apa saja yang ia sukai:
1. Goblin
2. The Moon that embraces the Sun
3. Descendants of the Sun
4. Strong Woman Do Bong Soon
5. Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo
6. Kill Me, Heal Me
7. Weightlifting Fairy Kim Bok Ju
8. Ruler: Master of the Mask
9. Master's Sun
10. My Love from the Star
Saya amati sekali lagi tulisan Jenny. Luar biasa cara dia menorehkan pikirannya. Bukankah bahasa Jerman bukan bahasa ibunya? Bagus sekali tulisannya. Saya sangat terpesona.
Eh, begitu scroll down, ternyata buah karyanya menuai tanggapan pembacanya. Apa saja drakor yang disukai orang-orang di Jerman?
- Accidentally in Love
- A beautiful love
- Another Miss oh
- A Korean Odyssey
- Birth of a beauty
- Cheese in the Trap
- Crash Landing On You
- Cinderella and the four knights
- Coffee Prince
- Extraordinary you
- Flower Boy next door
- Fight my way
- Good morning call
- Go go squid!
- Here privat life
- I am not a Robot!
- Itaewon class
- Jasmine
- Love o2o
- Meteor Garden
- Moorim School
- Mr Sunshine
- Nord- und Sdkoreathematik
- Oh, my venus
- Playful Kiss
- Radio Romane
- The Legend of the sea
- The heirs
- Secret garden
- Vagabong
- Weightlifting fairy Kim Bok Joo
- Well Intendant Love
- While you were sleeping
- What's wrong with secratary Kim
- W two worlds apart
- When the camellia blooms
Apakah kalian tahu satu dari dua drakor itu? Silakan berbinar-binar mata kalian. Sayangnya, saya hanya tahu Meteor Garden....Ah, zaman itu memang lain. Semua mau mirip seperti F-4, mulai dari gaya rambut, gaya dandan dan lagu soundtracknya harus hafal. Jika ada anak muda yang ketinggalan semua itu, dikira nggak ngetren, malu. Begitulah waktu itu kenyataannya di Indonesia.
Alasan mengapa orang Jerman suka drakor
Kembali lagi ke Jerman.
Heran, saya masih heran dan melanjutkan membaca blognya Jenny.
Lantas mengapa penonton dari negara barat seperti Jerman menyukai drakor, dong? Dari baca-komentar di blognya Jenny, saya merangkum alasannya adalah:
- Ceritanya dijamin 100% bikin nangis.
- Kisahnya romantis sekali. Ini penting karena hidup tanpa cinta itu hambar rasanya. Harus ada hati yang berbunga-bunga dan perut seperti dikelilingi kupu-kupu yang riang gembira.
- Klasik tapi nggak mbosenin, seperti cerita percintaan gadis miskin dengan jejaka kaya. Ini, cerita klasik yang membuatnya terhanyut. Seperti kisah dongeng yang mendarah daging di budaya Jerman. Seperti karya-karya Gebruder Grimm, sastrawan Jerman.
- Cerita yang jarang ditawarkan serial barat. Karena cerita ala Korsel ini biasanya tanpa adegan ranjang, kekerasan dan tentu, innocent. Bikin gemes, kali ya.
- Ada selipan leluconnya, jadi penonton bisa ngakak. Ini cocok di masa pandemi di mana semua orang stress, capek, gerah, gemes dan entah perasaan nggak enak lainnya.
- Suka dengan artis pemainnya. Bayangkan saja kalau punya posternya dan nempel di dinding kamar, merchandise yang diburu untuk dikoleksi dan entah apalagi. Aww!
- Original Sound Track yang bikin pemirsa ikut berdendang dan hatipun senang. Saya kira, film yang bagus biasanya punya OST yang keren pula. Itu mirip trade mark.
- Episodenya biasanya dari 16-20, sehingga banyak warna cerita di dalamnya alias nggak membosankan. Dari hari ke hari inginnya melanjutkan saja, ingin tahu apa yang akan terjadi.
- Karena orang barat, pastinya pemirsa sangat tertarik dengan budaya timur, seperti Korea Selatan.
- Bisa langganan murah dari Netflix, Viki atau Amazon. Bahkan untuk Netwflix sendiri banyak orang Jerman yang sudah mengaku mengambil keuntungan dari langganan awal sebulan gratis dan mudah untuk tidak berlangganan lagi, nggak perlu ribet atau tanpa masalah.
- Meskipun panjang, kalau diulang-ulang sampai 4-5 kali nonton, pemirsa nggak bosen
- Wawasan dari dunia lain ini makin memperkaya budaya orang Jerman, jadi nggak melulu dari China saja budaya yang masuk ke Jerman, ya.
- Kabarnya, menurut pakar Bahasa Korea, Bahasa Korea dianggap sebagai Bahasa sederhana karena memiliki fonetik sederhana, tata Bahasa tanpa jenis kelamin laki atau perempuan, suku kata yang relatif sedikit. Sub title berbahasa Jerman sangat membantu pemirsa Jerman untuk belajar dan memahami isi film.
- Ternyata Korsel lebih rajin bikin film ketimbang Jerman. Pada tahun 2011 Korsel berhasil mengungguli Jerman dengan 216 film, sedangkan Jerman hanya 212. Jadinya, ini sebagai insulin bagi bangsa Jerman sendiri untuk mengejar Korea Selatan. Kejarrrr!
***
Itu tadi realita di Jerman sehubungan dengan drakor.
Dari kupasan tentang drakor ini, membuat saya semakin masygul, kapan drama Indonesia bisa sampai seperti drakor yang melejit di mana-mana di seluruh dunia? Betapa hebatnya Korea Selatan ini. Bisakah Indonesia belajar dari Korsel?
Bukankah drama seri Indonesia banyak juga yang bagus di tanah air? Banyak pula artis Indonesia yang keren aktingnya, kaya pengalamannya, banyak jam terbangnya, bening wajahnya dan macho tubuhnya. Tempat syuting di tanah air yang bagus pun tersebar dari Sabang sampai Merauke. Komplit. Kurang apa lagi?
Saya kira, jawabannya adalah pada kualitas hasil karya anak bangsa sendiri. Jika mampu menunjukkan kelasnya, akan laku di pasaran, akan diminati pemirsa dari beragam negara. Termasuk bagaimana mengetahui keinginan pasar yang sebenarnya tanpa meninggalkan ciri khas keindonesiaan.
Lebih dari itu, pasti dukungan dari bangsa sendiri untuk mencintai drama seri buatan negeri sendiri, sangat penting dan perlu digalakkan. Kalau bukan bangsa sendiri yang memburunya, tak bisa begitu saja meminta negara lain untuk mencintainya. Sudah siapkah kita? Mari mulai tahun 2021?(G76)
NB: Ojemine adalah kata seru untuk mengungkapkan keheranan atau saat terkejut dalam bahasa Jerman.
Sumber: Miseo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H