Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bagaimana Rasanya Mendapat Sebuah Penghargaan?

16 November 2020   00:57 Diperbarui: 16 November 2020   01:51 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konsul Jenderal KJRI Frankfurt memberi piagam pada saya (Dok.KJRI Frankfurt)

Jumat adalah hari kerja terakhir yang banyak ditunggu-tunggu banyak orang termasuk saya. Meskipun saya bukan golongan orang yang gampang bilang "I hate Monday" tetap saja Jumat yang hanya separoh hari sekolah, merupakan detik-detik bahagia, di mana saya bisa berkumpul dengan suami dan anak-anak, menyelesaikan pekerjaan RT yang terbengkalai dan tentu belajar.

Maklum hari-hari terasa pendek dengan program Ausbildung atau dual system sekolah sambil kerja yang saya ambil sejak 1 September 2020 ini. Jadi Jumat sore-Minggu harus dimanfaatkan dan dinikmati semaksimal mungkin. Yes, it's a quality time.

Siapa bilang 13 itu nomor sial?

Dan hari Jumat kemarin adalah tanggal 13 November 2020. Hey, siapa bilang tanggal 13 adalah nomor sial? Ini buktinya ....

Hari itu, kami sudah janjian dengan mbak Risa, konsul dari Konsulat Jendral Republik Indonesia di Frankfurt sejak dua minggu sebelumnya. Kabarnya, bapak Konjen yang baru tiba Agustus lalu menggantikan bapak Toffery, akan berkenan mampir ke rumah kami.

Saya ingat, dalam sebuah zoom sebagai perkenalan diaspora Jerman dengan Konsul Jendral Acep bulan lalu, saya sempat mengemukakan uneg-uneg, berharap bapak Konjen tidak hanya akan mengunjungi tempat atau kegiatan yang diadakan di kota besar saja seperti Frankfurt, Stuttgart dan Mnchen seperti yang sudah-sudah.

Seperti kita ketahui, KJRI Frankfurt memiliki wilayah kerja yang luas meliputi wilayah kami tinggal (Baden-Wuerttemberg, Bayern, Hessen, Nordrhein-Westfalen, Rheinland-Pfalz dan Saarland. Di 6 dari 16 negara bagian di negara Bundes Republik Deutschland aka Jerman itu, ada kota besar dan kecil yang masuk wilayahnya. Jadi, bukan hanya kota besar saja, bukan?

Sebagai informasi lebih lanjut, beberapa obrolan dengan diaspora yang aktif mengenalkan seni dan budaya Indonesia, banyak selentingan bahwa Konsul Jenderal KJRI hanya datang atau memperhatikan kegiatan atau diaspora yang ada di kota besar. Benarkah demikian?

Jawabannya adalah tidak benar. Nyatanya, bapak Konjen Acep Somantri benar-benar membuktikan kalimat yang beliau ucapkan dalam zoom. Beliau datang ke rumah saya, di daerah terpencil yang dikelilingi oleh hutan dan perbukitan (Karpfen dan Lupfen)!

Usai minum teh hitam manis Indonesia dan makan masakan Sunda "Warung Ni Luh" di ruang makan yang diisi mebel asli Indonesia, bapak Konjen menyampaikan sebuah piagam penghargaan kepada saya.

Tertulis "Konsul Jenderal Republik Indonesia di Frankfurt memberikan penghargaan kepada Sdri. Gaganawati Stegmann atas upaya mengenalkan budaya dan pariwisata Indonesia kepada warga Jerman di Seitingen-Oberflacht, Baden-Wuerttemberg, Jerman."

Dalam kalimatnya, pejabat negara yang pernah bertugas di Jenewa, Swiss itu sangat menganggap bahwa perjalanan yang panjang mempromosikan Indonesia secara mandiri sejak 2013-2020 ini patut diapresiasi.

Wow! Speechless, saya kehilangan kata-kata. Saya tak tahu harus berbuat apa dan segera memeluk suami saya. Akhirnya, mbak Risa, the angel pun ikut memeluk saya. Tanpa peran mbak Risa yang telah bertugas selama 2 tahun di KJRI, hal itu tidak akan mungkin. Mbak Risa sudah menyaksikan salah satu dari pameran kami di Museum Seitingen-Oberflacht tahun lalu.

Itulah mengapa saya bilang, saya memang tidak sial pada tanggal 13. Tuhan memang Maha Baik, kita harus selalu percaya itu. Kita tidak akan sendiri di dunia ini. Ayo, semangat.

Kalau Sudah Dapat Penghargaan, Lantas?

  • Jangan sombong.
  • Jangan kendor.
  • Jangan lari.

Maksudnya, ini justru menjadi tugas yang harus diemban. Itu sebuah amanah yang harus dijaga. Tidak boleh berhenti meneruskan semangat yang sudah ada sejak lama.

Penghargaan dari pejabat negara di wilayah Jerman ini memang baru pertama kalinya saya terima sejak pindah ke Jerman tahun 2006 tapi ini bukan pertama kalinya dalam hidup saya. Sudah ada Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Hongaria, ibu Dra. Wening Esthyprobo Fatandari, M.A., yang sudah menghadiahkan saya 2 penghargaan sekaligus pada tahun 2017.

Waktu itu, beliau memberikan apresiasi atas peluncuran buku tentang Hongaria "Exploring Hungary" dan upaya saya mengadakan peringatan hari Kartini, di mana ibu dubes sebagai narasumber yang menceritakan perjuangan emansipasi wanita di Indonesia kepada warga Jerman.

Dua penghargaan? Saya tidak pernah memintanya, itu terbersit dari keinginan ibu dubes saat kami mengantar menuju bandara saat meninggalkan Jerman menuju Budapest. Dan diwujudkan dengan pengiriman piagam bercap lilin seperti zaman raja-raja. Luar biasa. Matur nuwun, ibu dubes atas apresiasinya.

Apa yang ada di benak saya usai mendapatkan penghargaan kedua dari pejabat negara?

Bahwa penghargaan yang sudah diberikan bapak Acep Somantri, sebagai pejabat negara, seorang diplomat Indonesia yang ditugasi menjaga wilayah KJRI Frankfurt, merupakan cambuk untuk terus melanjutkan apa saja yang sudah kami lakukan selama ini untuk mempromosikan Indonesia. Saya sebut kami karena tanpa suami dan anak-anak, saya tidak akan bisa melakukannya.

Menyelenggarakan 4 kali pameran Indonesia, mengenalkan angklung, tarian Indonesia dan menari di beberapa negara adalah hobi yang butuh personil yang setia di sekeliling saya. Mereka adalah keluarga saya. Teman-teman datang dan pergi silih berganti, keluarga selalu setia.

Dalam perbincangan dengan suami saya, bahkan bapak Konjen memiliki ide untuk membantu pemasaran produk alat kesehatan Indonesia ke Jerman dengan bekerjasama dengan suami saya yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia itu di Jerman.

Sebelum kembali ke Frankfurt, bapak Konjen berpesan akan mendukung buku-buku saya selanjutnya dan bersedia untuk memberi kata pengantar. Selama ini, sudah ada 3 buku tentang Jerman yang saya yakin sangat bermanfaat bagi generasi muda yang tertarik untuk merantau ke Jerman atau sekedar ingin menambah pengetahuan tentang negara yang terkenal dengan kedisiplinan dan kesejahteraan rakyatnya itu. 

Selama ini, buku-buku saya "Exploring Germany", "Unbelievable Germany" dan "Banyak Cara Menuju Jerman" ditolak karena dianggap tidak pantas untuk  mendapat kata pengantar dari pejabat negara di wilayah Jerman. Untung, ada harapan baru dari bapak Konjen Acep. Ini menjadi semangat saya untuk terus menulis buku. Bagaimana dengan Kompasianer?

Siapa Bapak Acep Somantri?

Dari tadi saya menyinggung bapak Konjen Acep Somantri. Barangkali ada yang tidak tahu atau belum tahu, saya mau sedikit mengulas.

Mengenal bapak Acep lewat daring dan tatap muka langsung, saya jadi ingin tahu banyak tentang beliau juga.

Hasil dari googling, rupanya beliau pernah mendapatkan bronze medal, penghargaan Ksatria Bhakti Husada Arutala dari Menteri Kesehatan RI Dr. Terawan pada tahun 2007 atas  kontribusi beliau dalam mendukung kementrian kesehatan RI memperjuangkan WHO Pandemic Influenza Preparedness Framework fort he Sharing of Influenza Viruses and Access to Vaccine and Other Benefit yang menjadi panduan global dalam kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza.

Betul, sebagai 1st secretary of the mission of Indonesia yang bertanggung-jawab mengurusi masalah Kesehatan, kemanusiaan, sosial dan budaya di Jenewa, Swiss pada tahun 1996, beliau menjadi sosok yang ekstraordinary dan banyak memajukan kesehatan tanah air dengan diplomasinya. Selamat dan bangga sekali ada putra bangsa seperti  beliau.

Lulusan Hubungan Internasional Universitas Padjajaran ini memulai karir sebagai diplomat di kemenlu RI sejak tahun 1996 dan bertugas di KBRI Washington DC tahun 1999-2003.

Pak Acep didampingi istri, ibu Lilies Somantri. Kebaikan ibu yang tidak ikut serta dalam kunjungan ke tempat saya ini begitu nyata dengan titipan kue tape dengan pesan yang tertulis pada sebuah kartu kecil. Seloyang, hanya tinggal 4 iris di kulkas.

Dalam sambungan telepon, saya sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga dan doa saya semoga ibu Lilies tetap sehat dan bahagia selama menemani suami bertugas di Jerman.

***

Baiklah, inti dari tulisan ini adalah bahwa saya bersyukur pada Allah SWT dan terima kasih atas ucapan selamat yang disampaikan kepada saya.

Dalam masa-masa awal yang sulit berada di negeri orang, saya mencoba mencari Indonesia dan memindahkan negeri kita ini, meski hanya dalam bingkai acara wisata dan budaya dan menyenangi hobi menari.

Waktu itu, sumpah, tidak ada harapan mendapatkan penghargaan atau sanjungan dari siapapun. Just do it, more and more. Dan setelah 7 tahun berlalu, rupanya ini membuahkan hasil, tak ubahnya Ketika menanam pohon dan mendapatkan jatuhan buahnya, satu per-satu. Manis rasanya. Indah sekali, bukan?

Bahagia dan bangga itu pasti, saya mewarisi apa yang biasa dilakukan almarhumah bapak melestarikan budaya. Meskipun sebenarnya, sesekali ada sekilas rentetan kalimat lewat "Apakah saya benar-benar pantas mendapatkan penghargaan ini? Barangkali masih banyak yang lebih dari saya, telah melakukan banyak hal baik selama di Jerman. Apakah ini akan membuat mereka iri?" Walaupun begitu, saya ingat nasihat orang tua bahwa "ora elok" aka "pamali" menolak rejeki. Anugerah berupa penghargaan dari KJRI ini adalah rejeki saya.

Terakhir, cerita ini pasti akan semakin meyakinkan siapapun yang telah banyak melakukan segala hal baik dalam hidup dan belum membuahkan hasil. Pesan saya:

  • Pertama, cintailah dulu apa yang kita lakukan, apapun kata orang dan apapun yang terjadi, must go on.
  • Kedua, percayalah bahwa suatu hari akan datang hal-hal baik dan kejutan yang tak terduga karenanya, seperti yang saya alami.

Be strong, everyone. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun