Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apa yang Harus Dilakukan Jika Ada Orang yang Terpapar Corona di Tempat Kita Biasa Beraktivitas?

26 Oktober 2020   06:16 Diperbarui: 27 Oktober 2020   03:39 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer masih ingat ya, gejala orang yang terpapar Covid19, bukan? Mulai dari ingusan, kerongkongan sakit, badan linu, batuk kering, kepala seperti ada batunya, demam di atas 38 derajat, kedinginan dan gangguan nafas karena banyak dahak yang menyesakkan dada.

Namun kabarnya, ada juga orang yang ternyata terpapar tapi tidak menunjukkan gejala di atas. Untuk itu harus hati-hati karena sekarang ini virus masih saja menyebar.

Apa yang harus kita lakukan jika kita menunjukkan gejala di atas? Apa yang harus dilakukan jika ada teman dekat kita positif covid19?

Sebelum membahas solusi sebagai rekomendasi dari Robert Koch Institut Berlin, saya ajak teman-teman untuk melihat kenyataan di lapangan.

Kasus corona di sekolah kami 

Di sekolah PGTK (pendidikan guru taman kanak-kanak), sudah ada satu anak perempuan yang terinfeksi. Rumornya, ia dari kelas kami tapi tidak ada keterangan jelas tentang hal tersebut. Atau dari kelas sebelah? Hal itu rupanya tidak serta merta membuat sekolah ditutup. Tidak. Tentu tidak. Hanya ada keputusan baru selain pakai masker ke sekolah dan menjaga kebersihan tangan dengan air sabun dan antiseptik:

  • Masker juga wajib dipakai di dalam kelas selama 8 jam.
  • Dilarang merokok di lingkungan sekolah.
  • Ada sidak dari departemen kesehatan secara berkala.
  • Selama istirahat, siswa tidak boleh berada di dalam ruangan.
  • Pintu dan jendela dibuka setiap 20 menit sekali selama 20 menit.

Seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya bahwa jika angka pasien bertambah secara signifikan, ada skenario bahwa sekolah ditutup dan kami harus mengadakan kelas daring. Kami berharap, semua baik-baik saja.

Kasus corona di tempat saya bekerja 

Saya sudah cerita tentang suasana mengajar di taman kanak-kanak Jerman. Asyik, seperti di taman Firdaus. Dunia anak-anak itu memang menyenangkan. Mana ada mikir PR atau utang, coba? Enggak ada. Hanya ada bermain, bermain dan bermain.

Hanya saja, gara-gara ada salah satu ibu yang menitipkan anak di kelas kami mengidap virus corona, saya jadi was-was.

Kok? Iya. Saya kilas balik. Tanggal 14 dan 15 Oktober adalah hari libur saya, karena selain suami saya ultah, ada tugas paper yang harus dikumpulkan tanggal 16 Oktober. Saya pikir kalau setiap hari harus kerja dan sekolah 8 jam sehari, mana mungkin mengerjakannya? Belum pekerjaan di rumah  tangga dan mengurus anak-anak/suami.

Dan hampir seminggu setelah itu, atau hari Senin adalah konfirmasi dari TK bahwa si anak tidak boleh masuk ke TK karena ibunya kena covid19. Satu minggu sebelumnya, si ibu dan suami rapat bersama guru kelas. Mereka masih sehat. Dan hari itu, pastilah saya sudah menggendong si baby dan bermain dengannya, menyuapi dan kegiatan lain selama dua hari.

Saya bengong. Ternyata yang diwajibkan untuk tes swab oleh managemen adalah guru kelas yang rapat bersama si penderita dan guru-guru yang ada kontak langsung dengan guru kelas itu. Selama hasil tes belum keluar, mereka tidak boleh masuk kerja lagi. Kantor pusat pusing karena jadi kehilangan banyak tenaga lokal yang harus karantina. Apalagi seminggu sebelum kejadian di kelas kami, ternyata sudah terjadi di kelas yang lain. Yakni, salah satu kakak guru kelas itu terpapar corona. Jadi, ia harus tes ditambah tidak boleh mengajar selama 2 minggu.

Bagaimana dengan saya? Bukankah seminggu sebelum ibu itu sakit, saya ada di tempat dan mengasuh anaknya seharian? Ternyata dari sekolah saya tidak diwajibkan.

Baiklah. Per 26 Oktober saya libur musim gugur selama seminggu, jadi memang seperti karantina mandiri. Lantas bagaimana dengan suami dan anak-anak saya? Ah, membingungkan.

Apa yang harus kita lakukan jika kita ada kontak dengan teman dekat yang positif corona?

Daripada bingung, saya baca-baca informasi di internet. Ini membantu saya untuk berfikir dan mengambil tindakan seperlunya berkenaan dengan kasus corona di kelas kami baik di tempat kerja maupun di tempat saya menuntut ilmu.

Berikut adalah arahan dari RKI Robert Koch Institut, yang dirilis di website mereka.

Pertama, yang harus kita cek adalah apakah kita mengalami gejala penderita corona? Jika iya, tetap berada di rumah dan jangan mengadakan kontak langsung dengan orang yang beresiko tinggi terkena corona seperti penderita diabetes, kanker dan orang tua.  Selain itu tetap jaga jarak 1,5 -- 2 meter dengan orang lain dan jaga kebersihan tangan. Jangan gegabah, ikuti aturan bersin dan batuk (tidak dengan telapak tangan tapi dengan posisi siku).

Kedua, orang di Jerman diharap menghubungi nomor 116117 atau hot line khusus corona di tempat tinggal. Jika tidak tersambung, coba lagi dan lagi.

Tetangga saya dikarantina selama 2 minggu karena teman sekelasnya ada yang kena. Ia menghubungi dokter setempat dan dianjurkan menuju pusat tes corona di kota sebelah. Beritahu mereka jika kita ini adalah grup beresiko tinggi atau tidak. Menurut pengalaman kami sejak corona gelombang pertama, jika kita tidak mengalami gejala dan tidak ada kontak langsung dengan penderita corona maka tidak akan ada tindakan lebih lanjut selain disuruh pulang ke rumah masing-masing.

Namun, andai nafas kita sudah sangat terganggu, kita diminta untuk menelpon 112 atau ambulan.

Ketiga, ikuti petunjuk dokter. Misalnya dokter akan mengataka; kita perlu atau tidak dirujuk ke rumah sakit. Jika perlu, dokter akan membuat surat pengantar. Oh, iya. Saat ini pergi ke klinik dokter kampung tidak bisa seperti dulu, langsung datang tanpa janji. Sekarang ini harus telpon dulu; apa boleh datang atau di lain hari.

Kita akan dites SARS-CoV-2, jika dokter berfikir sangat perlu. Jika tidak, ada pembicaraan lebih lanjut seperti karantina mandiri.

Keempat, jika sudah menjalani tes, tunggu hasilnya. Selama itu, kembali mengingat langkah pertama di atas.

Kelima, andai positif terpapar corona, kita harus segera mengambil langkah-langkah seperti menjauh dari anggota keluarga yang serumah. Membatasi kontak dengan mereka, tinggal di ruangan yang punya ventilasi yang bagus, tidak berbagi kebutuhan sehari-hari (handuk, makanan, minuman, sprei) dengan orang yang sehat atau beresiko tinggi di dalam rumah, membersihkan tempat-tempat yang sudah terkontaminasi oleh sentuhan kita (gagang pintu, meja, kursi) supaya tidak menularkan virus, cuci baju dengan temperatur 60 derajat C, makanan pesanan kita hanya boleh diantar sampai di depan pintu. Perhatikan apakah kondisi kita membaik atau memburuk. Jika memburuk, kita harus buru-buru menghubungi rumah sakit.

Kelima langkah tersebut harus betul-betul diperhatikan. Sekalipun kita dites dan hasilanya negative, RKI tidak menyarankan kita untuk lenggang kangkung. Melainkan mengikuti langkah pertama seperti di atas. Waspadalah.

***

Bagaimana? Apakah ada di antara Kompasianer yang mengalami kondisi serupa? Apa yang sudah dilakukan selama ini karenanya?

Semoga artikel berdasarkan pengalaman pribadi ini bermanfaat dan menjadi gambaran jika keadaan itu akan dihadapi.

Mari tetap mematuhi protokol Kesehatan demi menghambat rantai penyebaran virus Covid19 dan berharap kita semua tetap sehat dan bahagia.  Selamat berhari Senin. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun