Bisa bertemu orang, menyapa dan antri itu bagi saya masih sesuatu. Sistem pembayaran ini saya pikir, tidak cocok bagi tipe orang seperti saya. Toh, saya bisa membayar dengan kartu ATM pakai sistem wireless, dengan hanya mendekatkan kartu pada alat pembayaran, selesai.
Cara pembayaran ini juga disarankan saat pandemi begini karena di mana-mana virus covid19 mengintai. Pembayaran dengan uang kertas disinyalir akan menyebarkan virus karena uang berpindah-pindah dan terkontaminasi.
Pembayaran BBM Non tunai mendukung stabilitas sistem keuangan negara
Begitulah pengalaman suami saya dalam berinteraksi dengan produk keuangan berupa transaksi pembayaran BBM di SPBU dengan smartphone, menggunakan aplikasi Smartpay sejak 2019.
Sistem 4.0 ini memang sungguh cepat, mudah dan terjamin kualitasnya. Belum ada cerita kebakaran, belum ada cerita kelebihan atau kekurangan isi tank. Semua cocok, semua lancar.
Di Indonesia sendiri seperti diberitakan Kompas yang ditulis oleh Wahyunanda Kusuma Pertiwi, sudah ada Pertamina yang memiliki opsi pembayaran cashless melalui aplikasi LinkAja. Stasiun pengisian bahan bakar lain seperti Shell juga telah menyediakan opsi pembayaran melalui Ovo dan Dana. Saya tadi sudah cerita bahwa Shell Jerman menggunakan Smartpay (paypal).
Semoga artikel ini bisa memberikan second opinion bagi Kompasianer yang hendak mencoba sistem pembayaran non-tunai di SPBU. Barangkali saja terlintas di benak Anda, "Membayar dengan ponsel di SPBU bisa bikin kebakaran?"
Tentu saja tidak, asal menuruti aturan, smartphone jangan digunakan selama mengisi BBM dan atau saat mengendarai kendaraan.
Selain itu, sistem pembayaran non tunai ini diharapkan mampu berkontribusi dalam menciptakan stabilitas sistem keuangan Indonesia. Suatu hari akan terbentuk masyarakat pembayar SPBU non tunai dengan smartphone ini di tanah air.
Supaya semakin banyak orang yang tidak membayar BBM dengan uang cash, tidak memerlukannya lagi. Sehingga nantinya, negara kita tidak perlu banyak mencetak uang logam maupun uang kertas.
Artinya budget untuk penerbitan uang cash akan dipangkas dan meningkatkan produktivitas perekonomian negara. Jika terlalu banyak uang beredar di dalam masyarakat, dikhawatirkan akan memicu harga-harga di pasaran dan inflasi. Ini jelas mengganggu stabilitas sistem keuangan Indonesia.