Nah, kata Pak Mueller, itu pula yang jadi kendala mengapa telurnya banyak yang nggak menetas atau jumlahnya sedikit.
Sementara di tempatnya nggak ada pasir seperti di Asia yang lembut dan hangat. Yang ada hanya lapangan dengan rumput dan untuk para bayi, ada pasir agak kasar dengan campuran batu-batu kecil.
Kami meneruskan tur melihat peternakan. Di sebuah kandang kura-kura Madagaskar, kami berhenti karena kaget. Ada suara benturan keras yang berkali-kali dan nggak juga berhenti.
"Dog-dog-dog-dog-dog ...." Suara dari kandang bebas tempat kura-kura Madagaskar dewasa.
"Suara apa itu?" Tanya suami saya.
"Kura-kura sedang kawin." Pak Mueller ngakak.
"Idih, kenceng banget, nggak ngganggu tetangga?" Selidik saya. Saya tahu di Jerman soal keributan, ketidaknyamanan di lingkungan tetangga itu bisa jadi urusan polisi. Bahkan kalau tetangga menaikkan masalah ke meja hijau, bisa berabe jadinya.
"Hummm, paling lama 30 menit saja." Pak Mueller memandangi istrinya yang sudah merah padam mukanya. Ya, gitu, kura-kuranya sudah bertumpukan jadi satu.
Kami pun mendekat ke kura-kura yang sedang bercinta itu sembari mengambil foto dan video. Waduh, sungguh keras benturan antar tempurung. Nggak takut pecah?
Begitu sudah selesai, yang laki-laki masih mau lagi tapi yang perempuan lari. Mungkin sudah capek, kali. Semoga telurnya banyak, ya.
***