Seekor kura-kura raksasa yang terbuat dari polyresin sudah menyapa kami dari pintu keluar. Kenangan dari Thailand itu ekstra dibawa ke Jerman sebagai penanda bahwa rumah kawan suami saya itu punya peternakan kura-kura.
Beberapa kandang Fruehbeet atau Gewaechshaus (tempat penangkaran bayi kura-kura) yang memiliki ketinggian 1 meter berjajar rapi. Penutupnya terbuka, sehingga kami mampu melihat satu sampai dua kura-kura mini tampak bersembunyi di bawah tanaman atau di dalam pot yang setengahnya tenggelam di tanah.
"Ih luccuuuu ... " Seru kami. Tangan kami segera mengelus-elus tempurung yang ada
"Mau? Harganya cuma 3000 euro" Kata Pak Mueller, si pemilik peternakan.
"Berapa tadi?" Suami saya mencoba mengetes kemampuan dengarnya.
"3000." Ulang si bapak.
Saya mau nggeblak lalu salto. Itu setara dengan harga beli kuda yang diinginkan anak-anak aka 3000 euro atau Rp 50 jutaan. Kalau kuda kan besaaaar, ini kura-kura sak upil gini? Weleh.
Konon kura-kura perempuan lebih mahal dari yang laki-laki. Selain bisa bisa bertelur, populasi kura-kura jenis perempuan jumlahnya lebih sedikit.
Sedangkan kura-kura yang lebih besar misalnya yang seberat 90 kg, hanya 70 euro atau Rp 1.120.000.
Kami tinggalkan kura-kura mini yang bikin kantong bolong. Kami beralih ke seberangnya, kandang kura-kura yang dewasa. Pelan tapi pasti, ia menghampiri kami.