Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Viral: Pesan Mbah Minto "Jangan Mudik Dulu, Nak"

21 Mei 2020   05:22 Diperbarui: 21 Mei 2020   05:22 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan mudik dulu (dok.Sheshe)

Pesan mbok Minto saya kira sangat tepat sasaran dan menginspirasi banyak orang untuk tidak ngotot mudik. Di rumah saja dulu. Cara menasihati tanpa menggurui karena dikemas dengan cara lucu dan apik.

Pesan "Gagal mudik" = jangan mudik dulu

"Jangan mudik dulu untuk menghentikan penyebaran virus Covid19. Bersama kita bisa!" Begitu pesan terakhir yang tertulis pada "Gagal Mudik" Part I.

Video yang dibuat Ucup alias Muhammad Sofyan dari Klaten termasuk berhasil mengocok perut masyarakat sekaligus membawa pesan "Jangan mudik dulu" yang diikutkan lomba yang diadakan polres Klaten.

Jika mbok Minto saja sangat taat peraturan, mosok kita yang lebih muda tetep ngotot mudik. Malu dan nggak masuk akal. Tapi kenyataannya, apakah jalanan di Indonesia sepi? Tentu tidak. Lihatlah pengamatan tenaga medis yang mengatakan "Indonesia, terserah", "Indonesia suka-suka", "Indonesia sakkarepmu." 

Saking jengkelnya melihat orang masih berkerumun sana-sini dan mudik. Itu sebagai bukti bahwa memang orang-orang kita belum begitu peduli. Dukungan masyarakat kurang penuh terhadap ajakan, himbauan, aturan pemda dan tenaga medis. Ini sangat memprihatinkan.

Dibandingkan dengan Jerman yang sudah memiliki pasien 1 di Bayern pada bulan Januari dan lockdown sejak 16 Maret, jalanan Jerman di tempat kami tinggal di perbatasan Swiss-Jerman masih longgar tidak padat seperti biasanya.

Betul, itu karena orang Jerman nggak merayakan lebaran dan nggak ada tradisi mudik. Namun tetap saja itu bisa menjadi gambaran bagaimana orang tetap berada di rumah atau work from home demi mendukung program pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus covid19. Anak-anak nggak pulang kampung, tempat asal atau kelahiran mereka di mana masih ada orang tua yang bisa disambangi. Mereka tetap di rumah masing-masing.

Oh, iya saya jadi ingat soal pulang kampung. Seorang teman kuliah saya dari Kudus cerita bahwa ada seorang pekerja yang pulang dari Jakarta yang notabene red zone. Begitu sampai kampung halaman, nular-nulari tetangganya. Menurut detiknews, yang tadinya 2 lalu 3 pasien yang terinfeksi virus, beranak menjadi 40 pasien. Serem, kan? Dampak pulang kampung saja sudah membahayakan, apalagi dampak mudik lebaran yang biasanya ... rombongan, satu kompi.

Ya, sudah, selamat menikmati video mbah Monto dan Ucup di youtube.  Jangan mudik dulu, ya. Saya juga enggak, kok. Ibu saya sudah bilang lewat SLI "Ora mudik orapopo, keadaan masih seperti ini" dan saya pun sudah transfer ibu. Hehehe. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun