Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

3 Kue Kering Indonesia Favorit Saya dan Teman-teman di Jerman

15 Mei 2020   22:05 Diperbarui: 15 Mei 2020   22:28 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buat Baklava sendiri di rumah, enak (dok.Gana)

Wow, nggak kerasa, sebentar lagi lebaran. Menyebut kata Lebaran, pikiran melayang pada kue kering seperti nastar, kastengel, putri salju, kek garpu, kue semprit dan masih banyak lainnya. Kompasianer suka yang mana?

Saya bisa makan semuanya, apa yang ada di meja, dimakan. Begitu pindah ke Jerman, jadi tahu bahwa suasana lebaran sangatlah berbeda.

Mendapatkan kue kering lebaran itu sebuah fatamorgana. Jadinya, nggak ada model beli di toko, ada hantaran parcel lebaran dari saudara atau teman isi kue kering tadi bahkan pesen kue kering untuk lebaran seperti di tanah air nggak semudah itu, teman-teman.

Mau makan kue lebaran, ya harus bikin sendiri, mandiri ya. Sudah pernah mencoba membuatnya sendiri bersama anak-anak, hasilnya lumayan. Itu cukup mengobati rasa rindu dan mengesahkan lebaran dikelilingi kue-kue kering di atas meja tamu. Sayang, nyari-nyari dokumen fotonya nggak ketemu.

Sebenarnya di Jerman banyak orang Turki (dari 81 juta penduduk, ada 1,5 juta penduduk Turki), mereka juga merayakan lebaran. Namanya Bayram dengan Zuckerfest alias festival makan yang manis-manis, di mana keluarga Turki berkumpul untuk makan makanan manis seperti; Peynirli isi keju kambing, Baklava isi kacang pistazien siram madu, revani kue Gries campur sirup dan lainnya. Jadi lebih banyak mengkonsumsi kue basah, bukan kue kering seperti lebaran Indonesia.

Buat Baklava sendiri di rumah, enak (dok.Gana)
Buat Baklava sendiri di rumah, enak (dok.Gana)
Nah, rupanya mengenalkan kue-kue kering Indonesia di Jerman itu menyenangkan, lho karena lebih banyak penerimaan dibandingkan penolakan. Mengapa? Karena ternyata mereka punya kue yang mirip dengan kue kita itu. Kok, bisa?

Jerman punya tradisi mengajarkan generasinya untuk membuat kue sendiri di rumah, mulai dari kanak-kanak. Akhirnya kalau sudah jadi nenek, mereka akan mahir dan meneruskan pada generasi berikutnya.

Barangkali mirip dengan orang Belanda, yang pernah menjadi kolonial kita selama 350 tahun. Mereka ini juga bangsa EU, gemar membuat kek dan kue, lantas menularkan tradisi membuat kue pada generasi berikutnya. Bisa saja waktu berada di Indonesia, bangsa Belanda telah  meninggalkan budaya kuliner ini.

Baiklah, balik lagi ke Jerman. Kue kering apa saja yang saya dan teman-teman saya sukai? Mereka itu orang Jerman yang bermukim di daerah Jerman Selatan, perbatasan dengan Swiss. Berikut tiga kue kering lebaran kesukaan kami:

1. Kue kastengel

Biasanya saat lebaran, saya mengundang beberapa teman untuk datang dan makan opor ayam. Camilannya? Tentu kue kering lebaran.

Ketika menghaturkan dos berisi kastengel, apa kata mereka?

"Hmm enak ... rasanya mirip Kaesefuesse."

Kaesefuesse adalah kue kering berbahan tepung terigu, butter, keju parut (Ementaler), telur, bubuk paprika, Sahne (whip krim) dan garam. Kadang-kadang, orang Jerman  menaburinya nggak hanya dengan keju tapi juga Kuemmel (jinten), Mohn (biji bunga opium), Sesam, kacang almon atau bisa Pistazien, Salz (garam) supaya lebih harum atau makin sehat dengan rempah-rempah Jerman.

Jika bentuk Kastengel persegi panjang, bentuk Kaesefuesse mirip sekali dengan telapak kaki manusia. Kok, kaki? Kata suami saya sambil bercanda, jika memakannya akan teringat dengan bau kaki orang Jerman yang seperti keju. Bisa saja.

Makanya jangan heran sekali menyiapkan kue kering Kastengel kita ini dijamin habis, karena sesuai lidah orang Jerman yang gemar makan keju dan punya penganan mirip bernama Kaesefuesse. Sehari tanpa keju, orang Jerman serasa makan sayur kurang garam. Nggak nendang.

2. Kue nastar

Karena saya suka nanas, kue kering ini yang selalu jadi andalan saya untuk menjamu teman-teman di Jerman. Apalagi nanas adalah salah satu buah yang memiliki kandungan vitamin C yang tinggi. Bahkan lebih tinggi (47,8 gram/100 gram) dibandingkan dengan jeruk (31 mg/jeruk).

Selain rasa kue jadi enak karena ada tambahan kayu manis saat digoreng bersama nanas, juga harum bunga cengkehnya mengundang selera makan. Bunga cengkeh juga menjadi bumbu masak yang disukai orang Jerman, lho.

Dengan bahan tepung terigu, blueband, butter, maizena, bubuk susu, gula halus, kuning telur dan keju, kue nastar biasa kami buat dengan bentuk bulatan supaya lebih mudah.

Namun, nggak jarang jika waktunya banyak, saya menggunakan cetakan yang bentuknya seperti kue keranjang mini. Bikinnya emang lebih lama dibanding yang bentuk bulatan tadi tapi swear, lebih cantik.

Kue ini juga disukai teman-teman Jerman saya, karena selain manis, ternyata meskipun kue kering tapi kok ... rasanya empuk.

3. Kue putri salju

Sama halnya dengan kue putri salju. Kue kering kita ini akan disikat teman-teman saya di Jerman yang datang ke rumah. Kue yang berbentuk bulan sabit dan ditaburi bubuk gula warna putih yang halus seperti salju, sangat mirip dengan salah satu kue kering ala Jerman yang sudah turun temurun ditularkan resepnya.

Vanile Kipferle namanya, kue Jerman yang juga berbentuk bulan sabit berbahan tepung terigu, butter, gula, kacang almond/mandel, vanila dan garam.

Kue kering ini marak di saat natal, hari raya umat Katolik dan mayoritas masyarakat Jerman adalah pemeluk agama Katolik. Sedangkan kita mencicipi makanan kecil ini di akhir bulan ramadan, di hari Raya Idul Fitri.

So, memakan kue putri salju Indonesia nggak asing lagi bagi orang Jerman. Pas di lidah. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun