Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Enggak Bisa Olahraga di Luar, Cross Trainer pun Jadi

10 Mei 2020   22:22 Diperbarui: 10 Mei 2020   22:26 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian, jalan kaki ke hutan lebih heboh lagi karena selain areanya lebih luas dan alami, bahkan medannya lebih menantang. Untuk mengatasi haus selama hiking tapi puasa, saya biasa menelan ludah. Cleguk!

Berolah raga massal sekeluarga menurut saya keren karena sembari ngobrol dengan suami dan anak-anak tentang apa yang mereka telah lakukan atau sedang rasakan, badan jadi sehat. Masa emas yang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin karena cepat atau lambat, anak-anak akan punya dunianya sendiri. Usia manusia juga nggak abadi.

Aih ada  catatan, kami membolehkan anak-anak membawa HP untuk membuat foto atau video dalam perjalanan tapi melarang anak-anak membawa earphone atau headset!

Naik, naik ke puncak gunung (dok.Gana)
Naik, naik ke puncak gunung (dok.Gana)
Tantangan di hutan (dok.Gana)
Tantangan di hutan (dok.Gana)
Di puncak hutan ada gua PD II (dok.Gana)
Di puncak hutan ada gua PD II (dok.Gana)
Badminton

Apa lagi olah raga di rumah lainnya selama berpuasa? Sekalian mengenalkan pada anak-anak tentang olah raga bergengsi yang mencuatkan nama-nama pemain badminton dunia seperti Liem Swie King, Rudi Hartono atau Susi Susanti dari Indonesia, saya juga ikut sekalian berolah raga. Berharap bahwa di sekolah nanti, keahlian bulu tangkis mereka lebih dari anak-anak yang lain karena sering training di rumah.

Kebetulan di depan rumah kami, tepatnya di depan garasi utama ada halaman memanjang berlantai paving, yang menghubungkan dengan jalan aspal kampung. Istilahnya mirip lapangan badminton mini.

Di sanalah kami biasa olah raga badminton. Permainan bisa beregu atau satu lawan satu. Paling sebel kalau "cock" nya nyungsang ke genting rumah. Mending suruh anak-anak saja yang ambil. Sudah jadi ibu-ibu begini, hobi naik-naik nggak setegar dulu.

Waktu yang kami pilih adalah di antara waktu mengerjakan PR yakni di siang hari. Maksud saya supaya sedikit relaks dari kram otak dengan segudang tugas, main bulu tangkis dulu lalu nanti dilanjutkan. Tapi karena musim semi, kadang banyak angin. Makanya badminton hanya bisa dilakukan ketika angin tenang. Artinya, nggak bisa setiap hari.

Parta ganda, saya ikut (dok.Gana)
Parta ganda, saya ikut (dok.Gana)
Partai tunggal, saya penonton (dok.Gana)
Partai tunggal, saya penonton (dok.Gana)
Cross trainer 

Kebetulan puasa kali ini, Jerman lagi musim Fruehling atau musim semi, Maret-Mei. Setelah musim dingin berakhir, hari akan lebih panjang, rumput dan tumbuhan mulai bermunculan, burung-burung berkicau, langit biru, udara akan lebih hangat. Indah, ya?

Jika kalian ke Jerman, jangan heran kalau cuaca di sana itu kadang bisa gonta-ganti. Yang harusnya panas, dingin. Yang harusnya dingin, panas. Temperatur pada hari ini bisa sampai 20 derajat, besoknya sudah hujan salju meski tipis. Kemudian seminggu panas, disusul seminggu dingin. Itulah yang bisa terjadi di bulan April, turbulensi abis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun