Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Pentingnya Solidaritas terhadap Pengungsi di Jerman

9 Mei 2020   20:49 Diperbarui: 9 Mei 2020   21:00 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Film: Willkommen bei den Hartmanns (2016)
Sutradara: Simon Verhoeven
Penulis naskah: Simon Verhoeven
Produser: Quirin Berg, Max Wiedemann, Simon Verhoeven, Michael Verhoeven
Produksi: Jerman
Kamera: Jo Heim
Pemain: Senta Berger (Angelika Hartmann),
Heiner Lauterbach (Dr. Richard Hartmann), Florian David Fitz (Philipp Hartmann),Palina Rojinski (Sofie Hartmann), Eric Kabongo (Doallo Makabouri), Elyas M'Barek (Dr. Tarek Berger). Uwe Ochsenknecgt (Dr. Sascha Heinrich ), Ulrike Kriener (Heike Broscher), Eisi Gulp (bernd Bader), Marinus Hohmann (Basti), Thilo Ptothmann (Kurt Bluemlein), Esther Kuhn (Clarissa), Ulla Geiger (Nachbarin), Barbara Weinzierl (Frau Stuber).
Bahasa asli: Bahasa Jerman
Durasi: 116 menit

***

Ada harapan bahwa setelah menonton film ini, kesadaran masyarakat Jerman akan pentingnya solidaritas terhadap para pengungsi entah itu berasal dari Suriah atau Afrika lebih baik lagi di masa mendatang. Jangan menghina, jangan mengucilkan, jangan memandang sebelah mata dan jangan bikin hoax tentang mereka. Dampingi dan bantu mereka sebisanya agar menyatu dengan Jerman, integriert.

Paling tidak itu harapan sang sutradara Simon Verhoeven si peraih penghargaan film bergengsi Jerman "Bambi" lewat film "Willkommen bei den Hartmanns" tahun 2017. Simon mengikuti klan keluarganya yang mayoritas adalah orang film. Dimulai dari kakeknya yang sutradara, ibunya yang artis dan bapaknya yang juga sutradara film. Bahkan sampai keponakan. Buah memang jatuh tak jauh dari pekarangan.

Setelah ikut institut film di New York tahun 1991 dan 1995 kuliah di Universitas NY jurusan film, ia lulus jadi sarjana tahun 1999. Film pertamanya dibuatnya tahun 1996 yakni "Music Takes U High "(Musikvideo fr Future Funk). Film terbarunya tahun ini adalah "Nightlife."

Keluarga tidak harmonis apa yang harus dilakukan?

Situasi keluarga yang nggak harmonis bisa ditemukan di mana saja, nggak terkecuali di Jerman. Gambaran itu diambil dari keluarga Hartmann, yang seharusnya sudah mencapai kebahagiaan dalam hidup karena Angelika, mantan kepala sekolah dan Richard, kepala dokter. Sofie, sang putri adalah seorang mahasiswi psikologi dan anak lelakinya, Philipp adalah pengacara bisnis yang sukses.Secara lahiriah cukup. Batiniah?

Ketidakharmonisan keluarga Hartmanns tercipta dari kurangnya komunikasi. Ketika Richard tak mampu memahami kritikan istrinya supaya pensiun, agar dokter yang muda-muda menggantikannya. Justru Richard menolak dan melakukan berbagai langkah untuk tampil selalu muda, antara lain suntikan botoks. 

Langkah ini tentu saja bukan teladan yang baik dari seorang dokter yang memiliki pengetahuan dunia kedokteran lebih tinggi dari masyarakat rata-rata. Suntikan kimia memiliki resiko kesehatan manusia. Mengapa ia memaksakan diri untuk menempuhnya? Contoh yang kurang sehat ini diamati jutaan penonton dan pengamat film. 

Pertanyaan lainnya lagi, bagaimana mungkin dokter Jerman yang sudah tua harusnya pensiun, masih bisa bekerja? Apakah ia sudah menjalani proses tes lagi untuk mengetahui keahliannya bisa dipertanggungjawabkan atau sudah luntur?

Itulah, kembali ke keluarga Hartmann. Angelika tertekan atas perilaku suaminya, ditambah anak lelakinya sedang di ambang kehancuran rumah tangga. Basti, cucunya memiliki masalah di sekolah akibat perceraian orang tuanya. Dunia serasa runtuh sebelum waktunya tiba.

Demi mengalihkan stress berat yang mendera kehidupan pribadinya, ia menyeleksi barang-barang yang dirasa tidak perlu di rumahnya. Membersihkan rumah kadang menjadi kegiatan menghilangkan stress dan membuat hati sedikit lega. Lalu ia bawa pakaian bekas ke center pengungsi. Di sana, ia bertemu dengan teman baiknya Heike yang mengajar Bahasa Jerman.

Program pendidikan bahasa Jerman tingkat dasar sampai tinggi (A1-C1) diberikan secara gratis oleh pemerintah Jerman khusus bagi pengungsi. Orang asing yang bukan pengungsi boleh ikut, tapi harus membayar 700 euro an atau hampir Rp. 9 juta. Mengapa? Bukankah bekal Bahasa Jerman yang baik itu mutlak diperlukan setiap orang asing (entah pengungsi atau bukan) di seluruh wilayah Jerman untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan mampu membayar pajak untuk pemerintah?

Pulangnya, Angelika memutuskan untuk mengambil salah satu pengungsi agar tinggal di rumahnya. Richard dan Philipp yang awalnya menolak, akhirnya menikmati kehadiran Doallo tapi bukan sebagai budak.

Sosok pengungsi dari Afrika yang innocent, rajin bekerja dan selalu ceria sepanjang hari bagai matahari bersinar. Kisah keluguan Doallo kadang bikin tersenyum. Ia banyak tidak mengerti hal-hal pribadi yang di Jerman, tabu untuk ditanyakan atau "It's not my business." Misalnya saja ketika Doallo bertanya mengapa Sofie (30 tahun) masih sendiri. Di negeri asalnya, perempuan usia segitu sudah beranak bahkan bercucu.

Sosok pengungsi yang ramah banyak ditemukan di Jerman. Doallo adalah salah satu prototype. Saksikan bagaimana ia menjalin hubungan manis dengan Angelika dan Basti. Hidup serasa lebih hidup.

Contohnya, Doallo membantu mengerjakan PR Basti. Sebuah presentasi tentang pengungsi yang lari dari kelompok teroris Boko Haram di Nigeria, yakni Doallo, membuat teman-teman kelas Basti kaget mengetahui banyak hal yang mereka nggak paham sebelumnya tentang kesengsaraan orang di negeri lain dan harus mencari perlindungan di negeri Jerman. Trenyuh.

Jangan membenci orang tanpa alasan yang jelas

Alkisah Tarek, dokter muda di tempat Richard bekerja sedang memimpin kelompok jogging yang anggotanya para pengungsi. Dokter muda itu dulu kawan main anaknya, Sofie. Ketidaksukaan Richard terhadap Tarek sudah dimulai dari kecil, ketika Tarek memecahkan vas bunga dalam pesta anaknya. Itupun berlanjut di rumah sakit.

Di Jawa ada pepatah "sengit ndulit", siapa yang benci seseorang pasti suatu hari akan mencintai. Atau di Jerman ada pepatah "Man zieht sich zweimal im Leben" bahwa setiap orang akan bertemu lagi dan memerlukannya pada suatu hari, binalah silaturahim. Buktinya, pada suatu saat, Richard kaget ketika Sofie mengenalkan Tarek sebagai pacarnya.

Dan peristiwa mengharukan di antara kedua dokter yang berseteru itu terjadi ketika sebuah pesta penyambutan Dialo dilakukan di vila keluarga Hartmann.

Heike dari pusat penampungan pengungsi mengundang kelompok Afrika dan sirkus dengan  zebra! Kurt, pria yang jatuh cinta pada Sofie mengira Doallo adalah teroris yang mengancam kehidupan pujaan hatinya. Kurt membujuk para tetangga menyerbu rumah Sofie.

Di Jerman, sudah hal yang biasa jika seorang tetangga merasa terganggu kenyamanannya akan melaporkan polisi. Kalau nggak bisa damai, biasanya ada denda atau penjara.

Demikianlah suasana pesta di keluarga Hartmann. Para tetangga lapor polisi sebab merasa terganggu kebisingan pesta. Para demonstran tadi berdatangan dan melempari batu.

Hal itu mengakibatkan kepanikan luar biasa sehingga Richard terkena serangan jantung. Untungnya ada Tarek di sana, dokter muda yang membantu dalam pertolongan pertama. Cinta datang dari jantung tetap ke hati.

Yang menghebohkan adalah ternyata selama ini Doallo diintai intelijen. Apakah semua orang Afrika itu jahat? Emas itu tetap emas, jadi apa yang dilakukan Doallo selalu baik dan bukan teroris, terlihat dengan jelas. Ditambah dengan pengintaian mereka pada apa terjadi di dalam rumah keluarga Hartmann. Penyerbuan dihentikan. Pesta perayaan penerimaan suaka bagi Doallo yang tadinya ditolak lalu diterima pemerintah Jerman, dirayakan dengan suka ria bersama-sama.

Tak hanya cerita bagus, film juga harus dibintangi aktor/aktris keren

Secara keseluruhan, tema tentang pengungsi sangat menarik dan bagus untuk diangkat dalam film Jerman. Ini juga penting sebagai sosialisasi tentang mereka, kenyataan yang mungkin saja terjadi dan toleransi masyarakat yang sangat diperlukan. Sudah sejak 3 tahun ini, kedatangan para pengungsi yang mendapat lampu hijau dari kanselir Jerman Angela Merkel mendapatkan pro dan kontra.

Lebih dari itu, aktor kondang Jerman seperti Elyas M'Barek yang memerankan tokoh dokter muda, Tarek sangat mendukung keberhasilan film yang ditonton 3,8 juta orang di gedung bioskop hingga meraih penghargaan "Bambi." Pria keturunan Tunisa-Austria itu adalah pemeran utama dalam film populer di Jerman seperti "Tuerkish fuer Anfaenger" dan "Fack Ju Goehte" yang menerima beragam penghargaan film di Jerman selain "Bambi", yakni "Goldene Henne" dan "Rommy."

Tak lupa profesionalisme pemain utama yang kawakan seperti Senta Berger pemeran Angelika dan Heiner Lauterbach, Richard sangat menentukan roh film.

Sedangkan permainan tokoh pengungsi, Eric Kabongo yang menjadi Doallo lumayan bagus. Bahasa Jermannya pun cukup untuk berkomunikasi aktif bersama masyarakat. Itu contoh bagus.

Pentingnya desain solidaritas yang positif dari masyarakat terhadap pengungsi Jerman

Diantara kritik dan sanjungan para penonton Jerman, film bergenre tragedi komedi itu patut direkomendasikan untuk ditonton. Ada kritikus yang mengatakan bahwa ini hanya memihak pada politikus yang mendukung kedatangan para pengungsi. Ada juga orang Jerman yang usul mendahulukan keluarga sendiri yang berantakan dulu daripada mengurusi orang lain adalah hal yang utama dalam hidup. Mengapa harus ngurusin pengungsi? Bukankah pemerintah sudah melakukannya? Begitu barangkali pemikirannya.

Dari menonton film ini, Kompasianer bisa tahu kondisi di lapangan, apa yang bisa saja terjadi pada para pengungsi. Suka-duka pengungsi yang barangkali terlewatkan dalam pandangan mata masyarakat.

Solidaritas antara masyarakat dengan pengungsi diperlukan untuk membantu mereka bersatu dengan Jerman dan mendapatkan masa depan yang cerah. Banyak di antara mereka yang stress dan trauma karena perang, menambah tekanan pada mereka berakibat fatal.

Keluarga Hartmann adalah salah satu dari sekian keluarga di Jerman yang berhasil membuka diri dan memberikan ruang bagi para pengungsi. Semoga di masa mendatang, semakin banyak para pengungsi yang dibantu oleh masyarakat lokal.

Saat ini masih banyak pengungsi yang hidup di barak penampungan yang jauh dari perkampungan penduduk dan sulit pindah ke rumah penduduk biasa. Mengapa? Karena masih banyak masyarakat Jerman yang menutup diri terhadap mereka karena merasa takut atau tidak nyaman hidup berdekatan dengan mereka. Menganggap mereka sebagai pengacau negara atau perampas hak pajak yang seharusnya diberikan kepada masyarakat Jerman saja seperti lansia atau gelandangan. Masih ada orang Jerman yang tidak mau berkomunikasi dengan pengungsi, tak mau menyewakan kamar, flat, rumah atau menjual flat atau rumah kepada mereka.

Opini seperti itu harus segera diubah. Apalagi pengungsi yang beragam Islam dan menjalankan ibadah bulan ramadan butuh solidaritas tinggi dari masyarakat setempat. Pandangan bahwa orang Islam itu teroris masih ada. Buat desain solidaritas yang positif antar anggota masyarakat tanpa memandang ras, sekarang juga. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun