Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan Selalu Berbeda di Sini

5 Mei 2020   06:24 Diperbarui: 5 Mei 2020   06:37 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbeda tetapi tetap satu, puasa di masa corona (dok.Gana)

Dear Kompasiana,

Dear Kompasianer,

Apa kabar kalian di Jakarta dan sekitarnya? Semoga tetap sehat dan bahagia. Bayangin kalian work from home dan gantian piket ke kantor supaya program social distancing dan physical distancing mulus. Jangan sakit apalagi lupa, ya. Namanya kerja di rumah, pasti sudah rusuh karena campur dengan keluarga. Mau pegang laptop, eee pasangan jiwa minta tolong ini-itu, adaaa aja. Mau nerusin gawean, eee anaknya rewel. Mau ngerjain deadline, eee disuruh mami pesen makanan lewat daring. Halah.

Siapa bilang home office itu lebih mudah? Justru tantangannya banyak karena lawannya adalah diri sendiri; bagaimana melawan rasa malas, lupa atau capek, konsekuen dan tentu, disiplin waktu dan tugas.

Baiklah. Mumpung lagi dibolehin, mau curhat, ya.

Betul, soal momen tersulit di Ramadan tahun ini.

Arghh, sebenarnya, sama saja sih, nggak sulit-sulit amat. Intinya, ramadan di Jerman berbeda dengan Indonesia. Udah, itu saja.

Gimana nggak beda? Islam adalah golongan masyarakat minoritas di Jerman. Puasa di Jerman kesannya seperti angin lalu, sepi. Di Indonesia, puasa dilaksanakan ramai-ramai dan semua menyambut gembira. Pernak-perniknya pun kentara karena ini tak hanya soal agama tapi juga sudah menjadi tradisi turun-temurun dan lestari di negara yang memiliki 250 juta penduduk dan 6 agama hidup dalam toleransi.

Tetapi saya ingat lagi, bukankah puasa itu merupakan hubungan antara manusia dengan Tuhannya? Jadi meski sendiri atau sama-sama, tujuannya untuk Allah. Jadi, kembali pada niat pribadi masing-masing. Enjoy saja.

Hidup di luar negeri sangat lekat dengan sifat mandiri, berdiri di atas kaki sendiri dan nggak nggantungin orang lain. Termasuk menjalankan ibadah sholat lima waktu. Nggak harus ada bunyi adzan si muadzin yang diperdengarkan di radio, TV atau masjid seperti di Indonesia. Nggak ada. Tahu sendiri kapan harus sholat Dhuhur, kapan sholat Ashar, kapan harus membaca Al-Quran dan seterusnya adalah kewajiban pribadi. Oh, iya, sejak beberapa tahun terakhir saya nggak kataman baca Al-Quran tapi lebih membaca tafsirnya. Mengapa? Karena saya bisa baca, bisa nulis Arab tapi nggak ngerti artinya. Buat saya penting banget mengerti isi surat-surat dalam 30 juz itu ketimbang baca tapi nol informasi. Sekarang sudah sampai halaman tengah.

Oh, ya, soal adzan jadi terkenang. Saking banyaknya masjid di tanah air, terkesan adzan bersahut-sahutan dari satu masjid dengan masjid yang lain tak ubahnya ayam berkokok di pagi hari. Indah, ya di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun