Maibaum ini bukan pendirian batang kayu yang menjulang tinggi dengan lambang negara bagian di alun-alun yang biasa dilakukan setiap desa atau kota di Jerman pada tanggal 1 Mei. Maibaum yang saya maksud ini adalah batang pohon berwarna putih (Birken Baum) yang dibuat oleh anak muda (laki-laki) yang dipersembahkan untuk gadis pujaannya. Pohon bisa dicari di hutan atau di kebun rumah.
Menurut tradisi, setelah dipasang, si gadis yang menyambut dengan hangat ungkapan cinta itu harus mengundang si cowok untuk datang ke rumah dan minum bir bersama keluarganya. Hadiah untuk si cowok adalah; bir dari si ayah, kue dari si ibu dan ciuman hangat dari si gadis. Sekali mendayung, dua tiga hadiah terlampui.
Saya jadi ingat PDKT di Indonesia, pendekatan untuk ndodok lawang (mengetuk pintu rumah) si gadis, berkenalan dengan keluarga perempuan sebelum menikah.
Oh, ya. Setelah berkunjung, si anak laki-laki baru boleh mengambil batang yang ia pasang di rumah perempuan itu. Tetapi bisa saja si bapak dari anak perempuan akan memotong dan membakarnya sebagai kayu bakar bahan pembakar tungku pemanas rumah.
Si anak perempuan pun juga diizinkan untuk menggergaji bagian terbawah batang sebagai kenang-kenangan. Unik, ya. Semua bisa diatur.
Jika Maibaum ini ada di desa, di mana semua penduduk kenal satu-sama lain, pohon dibiarkan begitu saja di tempat pohon dipasang seperti balkon atau atap rumah si gadis. Bagaimana kalau ada cinta segitiga dan pohonnya dapat dua? Satunya dari yang naksir, satunya dari siapa, coba? Pasti perang, ya?
Saya ingat belum pernah dikasih Maibaum begitu sama mantan pacar saya yang sekarang jadi suami, tapi pernah dihadiahi kembang mawar pink.
Arti Warna Maibaum
Maibaum ini sebagai pernyataan cinta seseorang anak laki-laki kepada pujaannya, tanpa kata-kata. Selain itu, pohon Mai yang warnanya seperti pelangi itu juga mengingatkan orang bahwa hurraaaaa ... musim semi telah tiba! Sambutlah dengan gembira.
Beberapa anak muda menggunakan kertas toilet berwarna putih untuk menghiasi Maibaum yang dibawanya. Zaman corona kayak gini, kertas toilet adalah barang langka di Jerman khususnya.
Untuk itu, mereka memilih kembali ke asal muasalnya dengan pita berwarna-warni. Kertas kreps warna-warni mulai ditinggalkan karena musim semi kadang hujan, warnanya luntur dan membuat rumah jadi kotor. Noda nggak mudah dibersihkan. Kibaran entah pita atau kertas krep sangat mempesona saat ditiup angin. Wah, menarik!