Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Sakit Perut di Bulan Puasa, Saya Ringankan dengan Alat Ini

28 April 2020   20:40 Diperbarui: 28 April 2020   20:36 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat pijat kaki dari kayu (Dok.Gaganawati)

Puasa hari pertama biasanya jadi kenangan terindah. Kata orang Jerman "aller Anfang ist schwer", artinya untuk memulai sesuatu itu akan sulit. Jika sudah terbiasa, semua akan terasa normal dan nikmat. Teman-teman punya pengalaman berhasil melalui awal-awal yang berat?

Selama masa karantina sejak 17 Maret 2020 sampai hari ini kami berada di rumah. Untuk menjaga kebugaran tubuh dan kesehatan rohani, kami jalan-jalan ke hutan dekat rumah. Selain kaki jadi sehat dari berjalan, berbincang-bincang selama perjalanan sangat menyenangkan jiwa.

Selebihnya, banyak kegiatan yang harus dilakukan masing-masing anggota keluarga kami, work from home. Nah, yang serempak dilakukan bersama-sama misalnya, Kaffe trinken atau adat minum kopi atau teh bersama kudapan kue buatan sendiri. Makan lagi, makan lagi. Timbangan jadi berat.

Bahagianya bulan Ramadan tiba, kami nggak lagi ada acara minum teh sore-sore itu. Makan hanya dua kali saat berbuka puasa dan sahur. Aih, timbangan jadi turun.

Sakit Perut

Saya ingat seorang kenalan dari Indonesia yang tinggal di Jerman bersama suami dan kedua orang tuanya mengunjungi kami pada tahun 2008. Mereka sampai menginap segala di rumah kami. Senang kalau ketemu orang Indonesia di Jerman. Karena si bapak lihai memijat, kami sekeluarga dipijat.

Pertama suami saya dipijat, hanya semenit ia nggak kuat dan bilang stop. Giliran saya dipijat, telapak kaki bagian tengah terasa sakit. Saya menjerit-jerit, suami saya tertawa lebar. Nggak tahu kalau benar sakit dipijat daerah itu. Sakit-sakit enak kalau dipijat. Kata si bapak, saya ada gangguan pencernaan.

Walah takutnya, saya harus memperhatikan makanan dan minuman serta rajin berolahraga yang berhubungan dengan kaki. Mengapa? Karena kaki punya titik refleksi yang terhubung dengan organ tubuh manusia. Syarafnya terhubung. Nggak salah kalau akhirnya kami sering jalan-jalan mengunjungi kota-kota Jerman, selain ke hutan.

Tahun berlalu, nggak terasa sudah tahun 2020. Tahun istimewa yang mendatangkan wabah corona dan ribuan hikmah bagi manusia.

Kemarin-kemarin, entah mengapa tiba-tiba perut bagian bawah kanan terasa nyeri. Memang bukan nyeri hebat tapi saya takut ada apa-apa. Saya ingat-ingat lagi saya makan apa saja selama makan sahur, sampai siangnya sakit perut. Semua dimasak dan buah juga segar, mengapa sakit perut?

Waktu curhat ke suami, ia menduga saya kekurangan air saja karena puasa. Tentu saja saya nggak langsung menenggak obat apalagi minum air karena puasa. Sayang kalau harus batal. Saya harus sabar menunggu sampai pukul 20.30 sampai ibadah puasa tuntas. 

Memijat dengan Alat Pijat dari Kayu

Lantas kalau nggak minum dan nunggu lama tapi sakitnya masih nongol, bagaimana?

Ahhhh, ingat, ingat sekali bahwa saya pernah diberi sebuah alat pijat kaki oleh seorang perempuan tua Jerman. Namanya Frau Potrowsky. Beliau adalah temannya teman suami saya, Frau Wolf. Perempuan baik yang dijemput Allah itu mengalami infeksi paru-paru.

Buka puasa masih jauh, pukul 20.30. Kami menunggunya dengan menonton TV. Saya yang waktu itu duduk di sofa sisi kiri, meminta suami yang duduk di sofa yang sama tapi sisi kanan, untuk mengambil alat di lantai di sebelahnya.

Ketemu. Alat-alat pijat untuk kaki, tangan dan punggung memang sengaja saya letakkan di mangkok kayu di lantai ruang tamu, tepatnya di sebelah sofa sisi kanan. Maksud saya kalau sedang duduk nonton TV, bisa sambal pijat-pijat sendiri.

Dulu-dulu saya nggak tahu manfaat dari Fussmassagerolle aus Holz. Fuss=kaki, Massage=pijat, Rolle = gulungan, aus=dari, Holz=kayu. Alat pijat dari kayu berupa rol kayu dengan ban di bagian kanan dan kirinya itu sudah sering saya pakai. Jika menonton TV di sofa, kaki menelapak di lantai dengan alat tersebut.

Kaki sudah berada di atas alat, kaki saya menggulung-gulungkan rol kayu ke depan dan ke belakang, terasa sekali pijatan di kaki. Aduh, sakitnya. Kata tukang pijat, kalau ada bagian tubuh yang dipijat dan sakit berarti ada masalah. Untuk tahu apanya, ada peta khusus yang menjelaskan titik mana adalah sakit apa.

Pijat refleksi nggak total mampu menyembuhkan penyakit tetapi saya yakin itu meringankan penyakit yang diderita seseorang. Nggak percaya? Jika Kompasianer sakit kepala, pijatlah di bagian pelipis atau kening. Lebih enakkan, kan? Itu salah satu buktinya.

Sebuah karya tulis yang ditulis YD Nuraini pada tahun 2019 bahkan menyebutkan bahwa aplikasi pijat refleksi kaki mempu menurunkan tekanan darah pada keluarga dengan lansia hipertensi. 

Sebelumnya, yakni tahun 1930, seorang physotherapis Eunice Ingram telah melakukan penelitian tentang refleksiologi dan menuliskan buku tentang pijat kaki sederhana demi membantu penyembuhan penyakit.

Itulah sebab, saya nggak minum obat saat berbuka hingga makan sahur waktu perut sakit, melainkan memperbanyak pijat dengan rol kayu itu dan minum air putih sebanyak mungkin dengan jeda. 

Memang sedikit berkurang rasa nyerinya tapi belum juga reda. Baru dua hari kemudian, nyeri di perut bagian bawah itu hilang. Alhamdulillah, ya. Nggak ada tukang pijat, rol kayu pun jadi.

Jenis pijatan kaki dari kayu di Jerman macam-macam. Ada yang seperti palu, dengan kanan-kiri bagiannya bisa berputar ketika digulung-gulung. Ada yang berupa rol cat dinding, di mana bagian rok kayunya bergerigi. 

Ada yang berwujud blok seperti alat hitung bergerigi. Ada yang penampilannya mirip setrika, dengan pegangan dan kanan kirinya roda-roda bergerigi. Kompasianer punya juga di rumah?

Titik Refleksi di Telapak Kaki

Mengamati peta telapak kaki dengan titik-titik refleksi itu benar-benar menarik.

Menurut F. Ruhito dan B Mahendra dalam bukunya "Pijat Kaki Untuk Kesehatan" (penerbit Swadaya), dahulu orang lebih suka berjalan kaki tanpa alas kaki. Dengan demikian secara otomatis syaraf yang terhubung dengan bagian tubuh akan terangsang. Orang yang banyak jalan kaki akan lebih sehat daripada yang tidak jalan kaki, atau berjalan kaki tapi memakai alas kaki.

Ditambahkan pula bahwa kaki dan tangan kanan terhubung dengan syaraf bagian tubuh kanan, kaki dan tangan kiri terhubung dengan syaraf bagian tubuh kiri. Dengan demikian jika telapak kaki kiri yang memiliki titik yang berhubungan dengan ginjal sakit, ada masalah dengan ginjal yang kiri.

Bagian telapak kaki ternyata disebutkan dalam buku Eugine, memiliki hubungan dengan perut atau bagian pencernaan. Oleh sebab itu, syarafnya mengacu pada perut, hati, limfa, pankreas, kantong empedu, usus besar dan usus kecil.

Telapak kaki Kompasianer sakit? Teliti bagian mana, karena itu menandakan ada yang bermasalah dengan sistem pencernaan. Pijatlah dengan rajin dan hati-hati. Jika sakit berlanjut, hubungi dokter.  Salam sehat. 

Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun