Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jangan Remehkan Corona seperti Orang Bergamo, Italia

26 Maret 2020   19:08 Diperbarui: 26 Maret 2020   19:24 4973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stracciatella adalah es krim mirip rasa vanila dengan chip remah coklat. Konon bahannya susu, telur, coklat, whip cream dan gula. Setiap orang bisa bikin tapi rahasia kelezatannya terletak dari cara mengolahnya dan siapa yang membuatnya.

Ketika sibuk menjilat es krim, sekilas mata menangkap sesuatu. Terlihat seorang pria duduk di aspal dekat gapura. Ironi sekali. Negara Italia termasuk negara maju, masih ada orang yang terlantar di jalan?

Mata saya terlempar ke arah lain, menemukan papan bertuliskan aturan yang harus dipatuhi di area itu, seperti tidak boleh menginjak rumput dan bunga, tidak boleh memetik bunga sembarangan, dilarang naik motor dan sepeda melainkan hanya jalan kaki dan anjing nggak boleh lewat.

Stasiun Citta Alta (dok.Gana)
Stasiun Citta Alta (dok.Gana)
Kereta tua ke dan dari Citta Alta (dok.Gana)
Kereta tua ke dan dari Citta Alta (dok.Gana)
Peta kota atas (dok.Gana)
Peta kota atas (dok.Gana)
Saking hangatnya Bergamo, lidah buaya jadi raksasa (dok.Gana)
Saking hangatnya Bergamo, lidah buaya jadi raksasa (dok.Gana)
Piazza Vecchia (dok.Gana)
Piazza Vecchia (dok.Gana)
Palazzo del Podesta (dok.Gana)
Palazzo del Podesta (dok.Gana)
Katedral megah (dok.Gana)
Katedral megah (dok.Gana)
Pizzanya digunting, kresss (dok.Gana)
Pizzanya digunting, kresss (dok.Gana)
Polenta (dok.Gana)
Polenta (dok.Gana)
Biskuit yang menggoda (dok.Gana)
Biskuit yang menggoda (dok.Gana)
Bergamo Bawah

Tur di kota atas selesai. Rugi banget kalau nggak mampir lagi ke kota bawah sebab tadi hanya numpang lewat. Di kawasan itu, nggak sebanyak orang di kota atas tadi. Ada beberapa situs yang layak untuk dikunjungi seperti Accademia Carrara dan Galleria d'Arte Moderna e Contemporanea. 

Ketika melewati restoran di mana piano dipajang di depan pintu, anak-anak mulai usil memencet beberapa not. Jiahh, sumbanggg tapi nggak papa, yang penting mereka senang dan nggak ada yang larang. 

Konon, siapapun boleh memainkannya jika punya talenta. Ketika mendengarkan tamu yang bermain piano dengan lagu syahdu, suami dan sayapun berdansa. 

Anak-anak ngacir meninggalkan kami yang bak Romeo dan Juliet. Mereka malu dan memutuskan untuk merasa nggak kenal siapa kami untuk beberapa menit saja. Haduh, tepok jidaaaaat. "Mama-papa nggak punya malu."

Bangunan kuno tapi terawat (dok.Gana)
Bangunan kuno tapi terawat (dok.Gana)
Patung di mana-mana (dok.Gana)
Patung di mana-mana (dok.Gana)
Bonaparte pernah di Bergamo 1797? (dok.Gana)
Bonaparte pernah di Bergamo 1797? (dok.Gana)
Cafe La Marianne sejak 1961 (dok.Gana)
Cafe La Marianne sejak 1961 (dok.Gana)
Es krim Straciatella (dok.Gana)
Es krim Straciatella (dok.Gana)
Jangan Tiru Orang Bergamo

Itulah gambaran kecantikan Bergamo, Lombardei, Italia yang sudah terkenal ratusan tahun lamanya. Kota yang seakan selalu bergembira dan penuh dengan gemerlapnya dunia. Lebih dari itu, saya ingat pepatah "Rumput tetangga memang lebih hijau." 

Kota tua yang pernah kami singgahi pada bulan Mei 2018 itu tahun ini menghentak dunia karena memiliki catatan buruk. Setidaknya 6000 orang Italia terinfeksi corona, angka yang menyaingi Wuhan, China. Seperti dikabarkan koran Frankfurter, kota Bergamo lah yang memiliki korban terbanyak. Hari Kamis minggu lalu (19 Maret 2020), truk militer mengangkut setidaknya 800 mayat yang meninggal dalam 24 jam untuk dikebumikan. Sebagian besar adalah warga Bergamo dan harus dimakamkan di kota tetangga. Makam Bergamo sudah penuh. Mengapa bisa terjadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun