Begitu duduk. Pemandangan etalase kedai mempesona. Tumpukannya seperti lego warna-warni yang seolah mengajak "Marilah ke mari, hey-hey-heyyy ...." Atau "Buy me, Sir."
Namun itu pasti mustahil karena di depannya sudah ada rombongan orang Jepang yang duduk dan tampak menikmati minuman beralkohol terakhir sebelum meninggalkan Pesca. Tak bisa saya merangsek mendekati kaca-kaca itu. Harap menunggu dengan sabbarrr.
Tetap duduk di kursi seberang, kamera saya ambil dari ransel oranye. Zoom membuat gambar menjadi lebih dekat. Aih, seru, jenisnya macam-macam. Ada bungkus kuning, merah, hijau, biru .... Ih, gemes kek pelangi. Isinya apa dan rasanya bagaimana ya? Cleguk.
Saingan Pesca banyak seperti Santa Catarina, Catraio atau Minerva tetapi Pesca ini konon lain daripada yang lain. Promosinya pun bagus, mulai dari dimasukkan infonya ke tempat tujuan wisata buku panduan wisata dan info dari dinas wisata Lisabon sampai dokumenter dari Galileo Jerman. Itulah sebab kami mau coba dan kami sudah berada di sana.
Sedikit lama kami menunggu. Untung anak-anak sudah makan duluan tadi di resto cepat saji, sehingga mereka nggak rewel. Perut kami sudah keroncongan tetapi pelayan tetap tak bergeming menghampiri kami. Yaaah, pakai lamaaa. Memang kedai penuh, pelayan hanya dua, tak kuasa melakukan segalanya dengan seksama.
Tiba-tiba datang seorang pelayan berambut blonde. Ia menanyakan apakah kami sudah pesan. Tentu saja belum, wong meja masih putih bersih nggak ada apa-apanya. Tanpa ba-bi-bu, kami pesan makanan dan minuman. Takutnya kalau minuman saja, makanannya lamaaa datangnya.
Karena waktu itu masih jam 4 sorean, kami pikir makan snack saja. Pesan sepiring kecil ikan sardine dengan minyak olive dan cumi-cumi dengan bumbu tomat pedas. Mau yang garang membakar, mumpung hari dingin.
Si mbak kembali beberapa menit kemudian, menghaturkan keranjang kecil berisi roti kecil dan minuman. Makanan menyusul kemudian.