Jika sebuah koran lokal, sangat menyoroti gambar dari Milena Mahler dari Heilbronn yang mengusung "save the planet" untuk menyelamatkan bumi dari sampah, saya sangat terpesona dengan peserta dari Bosnia-Herzegovia, Mersiha Dzafic. Perempuan yang pakai dut alias disanggul kecil di tengah-tengah dengan celana jeans pendek itu main ndeprok meneruskan lukisan kapurnya. Kakinya bersilang, menampakkan keindahan kuteks hitam yang menghiasi setiap kukunya yang cantik. Tertera "Welcome to the planet earthless." Sampah yang berserakan di bagian dasar dan plastik-botol yang melayang-layang di udara. Kotoran itu mengisi kristal bola. Yaaaaa, kalau semua orang buang sampah seenaknya, nggak bakal ada bumi lagi. Rusak, musnaaaaah sudah! Jika setiap negara tidak mempedulikan cara penanganan sampah dan tidak mengatur warganya supaya lebih peduli pada lingkungan lagi demi masa depan, buminya ambyarrrrr! Terhempas.
Menurut saya kedua pelukis itu sama-sama punya misi yang brilian tetapi memiliki penampakan yang berbeda. Mersiha mengemasnya dengan cantik dan sedikit menjual. Bola kristal ada di tempat wisata di seluruh dunia. Ingat bola kristal, ingat sampah. Eh.
Nah, sekarang mari kita sama-sama koreksi diri. Sudahkah kita adil pada bumi? Pedulikah kita akan berapa banyak sampah yang diproduksi setiap hari hingga mengotori bumi? Apa langkah kita dalam memerangi sampah? Bagaimana kita menyingkirkan sampah tapi tidak menyakiti bumi? Belilah tas kain daripada tas plastik (meski bisa beberapa kali pakai sekalipun), beli minuman yang mendukung program daur ulang atau silakan kembali untuk makan dengan daun pisang, dipincuk bisaaaaa.
Festival ini mengingatkan saya pada petisi yang baru saja saya tandatangani dari Avaaz. Kami mengecam Jepang yang mendukung jual-beli gading gajah yang menyebabkan banyak gajah diburu dan mati. Hanya karena kepuasan pribadi dengan barang lux tapi merugikan hewan dan negara lain. Sungguh tidak adil, merusak keseimbangan alam.
Begitulah. Mulai dari hewan piaraan seperti kucing, anjing, burung dan ikan sampai dengan Zebra, monyet dan singa, mereka itu harus kita sayangi. Menyayangi bukan berarti harus memiliki atau ikut memeliharanya. Di Rusia, orang boleh piara puma, beruang atau hewan buas lain di rumah. Di Jerman? Ngimpiiii. Burung saja ngoceh lalu tetangga terganggu dan melaporkan ke polisi atau pengacara, pemilik hewan sudah bisa didenda atau burung harus dibebaskan. Apalagi kalau pelihara hewan buasssss. Nanti digigit, bahkan dimaem lho. Haummm.
Kawan-kawan. Dengan ikut mendukung program-program pelestarian hewan dan kegiatan lain yang berkaitan dengannya menjadi salah satu cara kita untuk menyayangi hewan.
Secara tidak langsung, pelukis-pelukis dalam festival di Blumberg itu juga ikut menyukseskannya. Bagaimana dengan Anda? Adakah festival yang mirip ini di Indonesia? Bagikan ceritanya kepada dunia dan berbagi inspirasi ....(G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H