Batin saya pun menjerit "Thanks God, I'm a woman!" Sungguh berat jadi wanita; berdarah-darah setiap bulan, mengandung, melahirkan, menyusui, merawat anak dan suami, merawat rumah dan kebun, bekerja di luar rumah ... pun kadang kurang dihargai. Apalagi di negara Asia, perempuan nomor dua. Laki-laki harus nomor satu. Di luar negeri, lady first hehehe .... Tantangan itu makin membuat perempuan kian kuat dan tahu untuk apa ia berdiri. Wanita Indonesia, jangan pernah menyerah!
Ah. Lihat ... lihat saja Jimena Gabino dari Meksiko, peserta nomor 32. Gambaran perempuan dengan tiga burung berwarna hijau, merah, biru dan toska itu sangat kontras dengan latar belakang yang hitam. Banyak wanita menyukai warna. Warna bisa saja meluruhkan duka di dalam dada. Terbang entah ke mana, mungkin saja sampai ke sang surya. Nyossss.
Francesco dari Italia bernomor 41, menampilkan perempuan innocent berambut panjang. Saya yakin, mulutnya yang ndower bukan dari suntikan botox. Zaman now, banyak perempuan mengejar kecantikan meski mahal dan sakit. Benar pepatah Jerman yang mengatakan "Wer schoen sein will, muss leiden." Siapa yang mau cantik harus berani berkorban. Cantiklah dari dalam, paling aman. Duit untuk botox buat jalan-jalan. Ihirrrr.
Ada Tiberlo Mazzochhi dengan mengusung nomor 55, mengingatkan kita akan ketenaran legenda one horn -- pegasusnya Barbie. Seorang wanita bergaun biru dengan tatanan rambut yang anti mainstream ada dalam ide seniman Italia itu. Saya yakin sebuah lukisan akan mampu membuat seseorang terbawa ke dunia lain. Silakan pilih lukisan kapur mana yang mampu membuat Anda termehek-mehek tapi jangan sampai lupa daratan.
Marina Platonova nomor 49 meyakinkan saya bahwa jangan hanya makan nasi, makanlah roti. Seorang gadis yang tersenyum memegang keranjang berisi macam-macam roti seperti Baguette Perancis, Prezel Jerman, tanaman gandum dan Bauernbrot Jerman, menggoda saya. "Kamu sudah makan roti hari ini?" atau "Sudahkah kamu mengunjungi ladang gandum di dekat rumahmu dan memotretnya?" Kalau saya ke sana, semoga nggak ada babi ngepet. Maklum, seberang kami adalah hutan hitam alias Blackforest. Kalau mereka kelaparan biasa menyerang ladang penduduk. Makanya para pemburu boleh memburu mereka buat disate. Sedappp.
Ornella Zaffanelli dari Italia, nomor 79. Ia bermain warna hijau. Warna menenangkannya mengundang fantasi saya. Aaaaa sebentar lagi mau liburan! Ai ai ai, tatapan mata tajam perempuan dalam lukisan itu tampak seksi seakan mengajak, "Mari -- mari sini." Pengen ke Parang Tritis dengan legenda Ratu Roro Kidul yang mengambil pengunjung berbaju hijau karena itu warna kesukaan sang penguasa. Mau ke Raja Ampat yang memiliki air yang hijau toska ... aaaaaaaaaaaaaaaa.
Terbaca sebuah kartu di aspal. Tatjana Huber dan Denise Hald. Mereka berkolaborasi menggambar seorang gadis yang tak komplit mukanya. Apa makna darinya? Dari Instagram mereka worryor.art, saya harus cari tahu nanti....
Dari tadi hanya apa yang saya suka saja lukisan kapurnya ...Suami saya juga bisa komen. Dia paling suka pelukis nomor 6 dari Meksiko, Mauricio Vargas. Warnanya sangat menawan. Kontras sekali. Kapan ya, saya bisa berkunjung ke negeri Caramba itu? Nabung, ah.
Masih ada Javier Arredendo dari Meksiko bernomor 157 dengan 3D dan nomor 39, Flavio Coppala dari Italia dengan lukisan 2D membuat kami berkali-kali berdecak kagum. Kok, isooooo gambarnya bagusss. Pintar amat, makannya apa ya? Lukisan di festival memang nggak hanya yang biasa, ada 2 D dan 3 D. Kalaup 4,5,6 D kayaknya nggak ada... barangkali karena nanti dikira bioskop.