Lebih jauh, saya sudah mendengar kehebohan naik bus di Surabaya dengan membayar pakai botol plastik pada tahun 2018. Itu briliant tetapi saya bayanginnya agak ribet. Lupa bawa botol waktu mau buru-buru naik, misalnya. Yah, nggak jadi pergi atau nggak jadi menukar sampah.
Bank Sampah (botol plastik, kertas koran, kertas HVS dan lainnya) juga sudah marak di kampung-kampung, tetapi ada batasan maksimal dan tidak otomatis seperti mesin yang saya maksud.
Ya, sudah. Nggak usah terlalu jauh meniru negeri tetangga Malaysia yang memiliki mesin penukar botol dengan emas. Kalau mesin serupa seperti di Jerman atau Denpasar dan Jakarta tadi sudah ngetrend di setiap toko dan titik penting bagi publik sudah ada di seluruh kota besar dan kecil Indonesia, itu sudah bagus!
Mungkin hal yang biasa terlihat sampah botol berserakan di tanah air tetapi menurut saya cara hidup masyarakat kita harus segera diubah. Andai mau pasti bisa! Jika MRT sebagai transportasi massa yang canggih dan modern saja sudah mulai ngetren, demi mengatasi kemacetan dan mengurangi polusi udara, mengapa pencemaran dari sampah tidak juga tertanggulangi? Bagaimana menurut pendapat Anda? (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H