Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kode: "Apakah Luisa Ada di Sini?"

18 Maret 2019   18:13 Diperbarui: 18 Maret 2019   18:21 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Pak, aku temenin bisa?" Tubuh saya ngglendot.

"Yah, capek dari bekerja seharian, lalu mandi kungkum. Ini sudah pakai piyama lagiiii." Suami saya merengut. Ia sudah merebah di kasur sembari nonton TV. Males. 

"Aku mau ke kota sebentar antar paket. Dua puluh meniiit saja, pp. Besok pagi-pagi sekali ada teman yang mau terbang ke Jakarta. Mau titip naskah ke Palmerah. Tapi ini sudah hampir jam 10 malam, takut..... Papi nemeni saja, aku yang setir, dehhh." Bujuk saya. 

"Aku ada syarat, pakai mobilku." Kekasih hati saya itu meringis. "Nggak bisa, kan mobilmu otomatis, takut rusaaak." Saya ngakak. Ingat sekali kalau selama sebulan ini suami beli mobil baru dan saya dipaksa untuk mencoba tapi tetap tidak mau. Takut rusak, ah. Begitulah saya. Kalau malam, rasanya takut menyetir sendiri karena selain rabun senja juga faktor keamanan serta kenyamanan. Apalagi akhir-akhir ini banyak cerita kriminal di kota kami khususnya dan kota-kota besar Jerman lainnya. Hiy, serem. 

Ist Luisa da? 

Saya mungkin penakut dan terlalu berlebihan. Padahal sebenarnya, bagi mereka, perempuan di Jerman yang suka pergi malam untuk bertemu teman atau rekan di pub atau bar, tidak perlu khawatir lagi. Sebabnya sejak Desember 2016 kota Mnster mulai ramai kampanye "Ist Luisa da?" atau "Ist Luisa hier?" yang artinya, "Apakah Luisa ada?" atau "Apakah Luisa ada di sini?" 

Sehingga jika terjadi sesuatu pada seorang perempuan, misalnya dilecehkan orang atau tindakan lain yang membuat tidak aman atau tidak nyaman, perempuan itu bisa segera ke bartender bar atau pub dan mengucapkan "Ist Luisa da?" atau "Ist Luisa hier?" Segera setelah mendengarnya, bartender akan segera menghubungi taksi untuk menjemputnya atau menelepon seorang teman si perempuan untuk bantuan selanjutnya. 

Dalam simulasi di galileo, kami perhatikan sekali adegan yang bisa saja terjadi kapan saja dan di mana saja. Kode "Ist Luisa da?" atau "Ist Luisa hier?" itu merupakan imitasi dari proyek di Inggris "Ask for Angela." 

Nama Angela versi Jerman adalah Angelika atau Angelina. Namun Jerman memilih nama Luisa karena nama depan perempuan khas Jerman itu menggambarkan seorang pejuang. 

Nama Luisa sendiri merupakan nama perempuan yang juga sering dipakai orang Jerman, seperti nama anak laki-laki, Louis (Perancis) yang berasal dari bahasa Jerman jaman dulu, Ludwig. Ingat cerita soal Raja Ludwig dan patung-patungnya yang tersebar di seantero Jerman? Ditambah, dalam bahasa Jerman tua, nama Luisa disebut sebagai Aloisia, yang artinya sangat bijaksana. 

Kota-kota Jerman yang mendukung kampanye

Kampanye bikinan klub Frauen--Notruf Mnster e.V. itu memang dikhususkan demi melindungi perempuan dan gadis dari pelecehan seksual. Jadi jika seorang perempuan merasa tertekan, dipaksa, nggak nyaman dengan date yang sedang didatangi, nggak aman, bisa saja mengambil inisiatif untuk mengucapkan kode "Ist Luisa da?" atau "Ist Luisa hier?" Selain Mnster, kota mana saja di Jerman yang mendukung kampanye? 

Augsburg, Beckingen, Bochum, Bodenseekreis, Bonn, Coburg, Coesfeld, Dinslaken, Duesseldorf, Ennepe Ruhr Kreis, Erlangen, Essen, Euskirchen, Flensburg, Freiburg, Freising, Gelsenkirchen, Hagen, Heidelberg,  Ingolstadt, Jena, Kreuztal,  Kreis Kleve, Kreis Unna, Landshut, Landkreis Luechow-Dannenberg, Leipzig, Leverkusen, Mannheim, Memmingen, Mettmann, Moenchengladbach, Neu-Ulm, Neuss, Nienburg, Nuernberg, Oberhausen, Oldenburgue Olpe, Osnabrck, Paderborn, Passau, Recklinghausen,  Rheinisch-Beuegischer Kreis, Saarbruecken, Schweinfurt, Siegen, Sylt dan Waldeck-Frankenberg. 

Selain itu, negara tetangga yang ikut berpartisipasi yakni: Innsbruck (Austria),  Winterthur dan Zrich (Swiss). Di kota-kota itu ternyata tak hanya pub dan club saja yang mendukung kampanye, melainkan tempat-tempat yang biasa dikunjungi banyak orang pada malam hari seperti restoran pizza, cafe, hotel sampai kantin. 

*** 

Dari kampanye "Ist Luisa da?" atau "Ist Luisa hier?" di Jerman, saya jadi ingat istilah lady first, wanita diutamakan. Ketika wanita didahulukan pelayanannya sehingga merasa nyaman di manapun ia berada, rasanya senang. Ini baru Jerman! 

Nah, kalau Inggris, Jerman, Swiss dan Austria sudah sigap melindungi kaum perempuan, bagaimana dengan Indonesia? Kapan? 

Ingat, berbagai media massa dan studi di tanah air banyak memberitakan bahwa kasus KDRT atau pelecehan seksual di tempat umum, kebanyakan korbannya adalah perempuan. Masih banyak PR yang harus dikerjakan untuk melindungi para perempuan Indonesia, meskipun adalah pasti korban yang berjenis kelamin laki-laki. Jangan hanya nunggu pemerintah, tugas mereka sudah banyak. Jika masyarakat ikut aktif dan berpartisipasi pasti lebih heboh dan keren.

Harapan saya, suatu hari nanti ada kampanye serupa seperti "Apakah Luisa ada di sini?", tentu saja dengan mengganti nama Luisa dengan nama khas Indonesia yang menggambarkan pejuang wanita seperti Kartini, Dian (Sartika), Cut (Nyak Dhien) atau nama lain yang disepakati dan sangat menginspirasi perjuangan perempuan dalam hidup. Bagaimana menurut Anda? (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun