Nah, setelah rumah BTN lunas pada tahun 2003, ibu membuat sertifikat tanahnya jadi HM. Beanya kira-kira 8 juta rupiah di BTN. Kata orang kalau rumah sudah HM, kuat dan lebih mahal dari rumah yang nggak HM jika dijual suatu hari nanti.
Proyek perumahan impian
Dari pengalaman baik dan menyenangkan itulah, ibu menyarankan adik saya untuk ikut program yang mirip. Program presiden Jokowi di daerah pelosok dengan membayar Rp 700.000/bulan dan uang muka 5-10 juta rupiah. Dengar-dengar, itu khusus untuk pegawai negeri.
Saya yakin, masih banyak program perumahan lainnya yang diperuntukkan bagi golek lemah atau golongan ekonomi lemah sampai golongan menengah. Kalau melihat cara pemerintah Jerman mengatur rumah-rumah secara umum, saya pikir banyak hal yang harus diperhatikan oleh kontraktor perumahan di tanah air:
1.Jika berbisnis, wajar kalau pengusaha ingin mengambil keuntungan. Tetapi jangan hanya mengambil untung sendiri saja, melainkan memikirkan juga keuntungan bagi konsumen atau pembeli rumah. Contohnya memudahkan jalan bagi para penduduk perumahan untuk memenuhi kebutuhan pokok; sandang-pangan, tak hanya papan.
Meskipun kami tinggal di kampung di sebuah lembah yang dikelilingi hutan dan gunung, semua serba ada. SPBU kecil dan tempat mencuci mobil ada, bengkel sepeda sampai mobil ada, toko kecil yang menjual kebutuhan sehari-hari ada, bank ada, restoran banyak, tukang cukur dan salon ada, toko bunga ada, toko minuman ada, praktek dokter umum dan dokter gigi ada, lapangan olahraga ada, lapangan bermain ada, PAUD sampai SD ada, gereja dan makam ada, ruang pertemuan yang mampu menampung 500 orang juga ada dengan tempat parkir yang luas juga ada, pabrik-pabrik banyak, dealer mobil sampai bengkel ada, toko daging dan toko roti juga ada, rumah jompo juga ada dan bahkan tempat penampungan pengungsi juga ada.
Tempat-tempat tersebut tidak jauh dari tempat tinggal, bahkan bisa dicapai dengan berjalan kaki. Andai sebuah perumahan dibangun dengan sarana-prasarana yang memadai, tentu saja akan membuat pemilik rumah merasa nyaman untuk tinggal. Ibu cerita meski tidak seheboh di Jerman, rumah ibu di perumahan BTN sekarang ramai laksana kota, semua serba dekat dan ada aka lengkap-kap-kap!
2.Mengatur pembuangan limbah yang baik Namanya juga hidup, pasti menghasilkan sampah. Untuk itu, pemda setempat Jerman biasa menempatkan 3 buah kontener di sebuah sudut, untuk pembuangan macam-macam botol bekas dari gelas ada.
Setiap rumah mendapatkan 5 tong sampah yang berbeda; plastik, kertas dan basah tanpa bea. Sedangkan sampah campuran dan pembalut bayi sampai orang tua, harus bayar per tahun. Lalu untuk pembuangan sampah hijau seperti rumput, ranting, pohon dan sejenisnya, ada di sebuah tempat khusus dan tanpa dipungut iuran.
Bagaimana dengan pengaturannya di perumahan tempat Anda tinggal? Sudah rapi dan lengkap, belum? Sedangkan ibu sudah merasa puas dengan perumahan BTN. Kalau ibu tanya saya, saya pikir BTN tetap harus meningkatkan penanganan limbah. Ada tempat membuangnya, kalau perlu ada tempat mendaur-ulangnya. Keren.
3.Memperhatikan prinsip ramah lingkungan. Sudah banyak rumah Jerman yang telah dipasangi panel solar. Padahal matahari tidak sesering dan seterik di tanah air. Simpanan tenaga matahari tadi ada yang dipakai untuk memanaskan air saja atau ada yang digunakan untuk energi listrik atau dijual.