Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

11 Nilai yang Saya Rasakan dari Bermain Ski

21 Januari 2019   18:03 Diperbarui: 22 Januari 2019   12:45 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salju tlah tiba (dok.Gana)

Bayangkan menuruni Pizte yang 45 -- 90 derajat luncurannya, nunjem. Kalau nggak bisa seimbang badan, kita bisa terpelanting dan guling-guling ke bawah jadi bola es raksasa. Tongkat ski akan membantu kita untuk menyeimbangkan diri, papan ski akan memotivasi kita membentuk irisan pizza supaya kita ngerem, berhenti.

Kiri-kanan, maju, kanan-kiri, maju dan selanjutnya. Keseimbangan pula yang membuat kita saat terpeleset, kembali berdiri tegak dan melanjutkan perjalanan. Di dunia ini sesuatu yang nggak seimbang, hasilnya timpang. Itulah sebabnya, jaga keseimbangan hidup, tubuh dan perkawanan. Tidak terlalu sempurna dan tidak terlalu buruk. Dijamin, sehat lahir batin. Selamat! 

4. Jangan cengeng

Mulai dari memakai sepatunya saja, saya sudah capek dan hampir stress. Sepatu ski yang mirip sepatu robot itu beraaaat. Begitu kaki kita mau masuk, yahhh susah amat mengaitkan kawat dan menutupnya. Huh! Kalau sudah benar-benar nggak bisa, beberapa anak-anak sudah nangis duluan. Ada yang putus asa dan nggak jadi main ski sajalah. Selama bermain ski, satu-dua-tiga kali bisa saja terjatuh. Entah karena licin, salah jalur atau ditabrak orang pasti terjatuh, kan.

Harus sadar bahwa jatuh adalah hal yang biasa terjadi dalam bermain ski. Orang tidur saja tiba-tiba bisa jatuh gara-gara bermimpi buruk dikejar ular dan tubuh reflek bergerak dari tempat tidur ke lantai. Bum! Apalagi main ski yang bergerak cepat laksana kilat? Stop cry! Nah, kalau di dunia ini kita sedikit-sedikit nangis ketika menghadapi persoalan, mana bisa meraih apa yang kita inginkan? Kuatkan tekat. Gesagt, getan atau kalau sudah mau harus bisa. 

5. Budayakan antri

Karena area main ski adalah bukit atau pegunungan, bisa bayangkan bagaimana orang dengan perangkat lenong naik ke atas. Ya, naik lift ke atas. Lift main ski sendiri macem-macem; ada yang model duduk (tinggal berdiri dan pantat kita tinggal duduk di bangku lalu ada tutup besinya demi keselamatan), model jangkar yang bisa diduduki berdua (satu kiri dan satu kanan) atau model L (tangan kita harus memegangi tali dan menyandarkankannya di punggung).

Saking banyaknya pengunjung, biasanya di depan gubuk/pos tempat orang mengoperasikan lift, antrian orang bak ular naga panjangnya. Jangan coba-coba titip sepatu, bisa jadi es kaki kita. Yup. Kalau nggak kebiasa antri dalam hidup, nggak sabar dan nggak mau antri, bisa dibalang sandal sama orang. Mau kepala benjut? 

6. Sehat jasmani dan rohani

Sport ist mord. Orang Jerman percaya bahwa olahraga itu menyehatkan jasmani dan rohani tetapi jika terlalu banyak justru akan membunuh kita. Makanya, hati-hati dalam bermain ski. Secukupnya. Ada lho, orang yang seharian dan setiap hari berturut-turut main ski. Kita harus sadar bahwa badan bukan mesin.

Meski badan merasa kedinginan, rupanya aliran keringat dari ketek sampai kaki ada di tubuh kita. Kalau tidak ada angin segar, bisa bau dan tidak sehat alias masuk angin. Mau kerokan? Iyalah. Saat bermain ski badan kita berlapis-lapis. Mulai dari pakaian dalam khusus ski (kaos dan celana), kaos, pullover dan jaket bahkan syal dan topi. Bisakah Anda bayangkan kulit kita terpenjara dan nggak ngerasa kalau keringat bercucuran saat main ski? Oh mein lieber Zeit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun