Tanggal 2 Desember 2018, beberapa diaspora sudah mulai berdatangan di wisma duta KBRI Budapest. Ternyata ada acara natalan bersama disambung perpisahan dengan ibu dubes. Penganan sudah siap disantap, makan besar begitu harum leluasa terbang di ruangan menusuki hidung para tamu undangan. Perut sudah tak tahan untuk memberi komando otak mengutus tangan mengambil piring dan alat makan, segera menyerbu apa yang ada di meja, dari segala penjuru.
Seorang diaspora bernama Putri dan seorang warga Hongaria, bahkan sempat mendokumentasikan acara dalam kanal youtube. Hebohnya lagi, acara juga disiarkan salah satu TV swasta di Indonesia secara streaming pada hari H pukul 14.00.
Acara makin meriah atas kedatangan Sasvari Sandor, penyanyi yang terkenal dengan konser Jezus Kristus Szuperstar di Hongaria, bapak dirjen Sipos Sandor yang mantan mahasiswa darmasiswa di Solo, para desainer kondang Hongaria dan Erika Bartos sang penulis buku anak-anak kondang. Hari itu bukan hanya milik warga Indonesia di Hongaria saja.
Warga asing pun ingin mengantarkan ibu dubes pada akhir masa tugas beliau. Ada hawa cinta yang dibagi di setiap sudut ruangan. Seperti kata sekretaris KBRI mbak Titania, acara perpisahan tidak harus sedih tetapi ceria. Tuhan akan mempertemukan manusia jika takdir sudah digariskan demikian.
Tak heran jika staff KBRI menyanyikan "Mamamia let me go", menari bersama dan menyerahkan masing-masing satu tangkai mawar merah pada bu dubes. Semua tertawa terbahak-bahak saking lucunya. Sorak-sorai makin mengguncang wisma ketika hadirin dan bu dubes bermain ular naga panjangnya. Ah, masih banyak pentas yang luar biasa dari diaspora untuk ibu dubes. Semua ingin melepas bu dubes dengan cinta.
Teman-teman, selama menjabat, banyak orang yang sudah dibukakan pintu rejekinya oleh bu dubes. Salah satunya sekpri beliau yang mengatakan bahwa dahulu di kampus sering dibully. Ia diolok-olok tidak akan bisa ke luar negeri seumur hidupnya karena tidak mampu. Ternyata berkat pertemuannya dengan bu dubes, hidupnya berubah. Ia bisa keliling dunia ke mana ia suka, dengan menggunakan paspor diplomat. Bebasssss! Itulah mengapa ia menganggap bu dubes sebagai ibunya sendiri.
Ibu dubes memang sengaja melakukan hal-hal yang mirip kepada semua orang tanpa pandang bulu karena inshaallah ada manfaat ketika beliau membukakan pintu dan memicu seseorang menjadi a brand new person. Saya jadi ingat, beliau yang memberi kata pengantar buku "Exploring Hungary" dan memberi ceramah kewanitaan di hari Kartini di malam Indonesia yang saya adakan di Jerman.
Sampai suatu hari kejutan beliau datang, dua buah penghargaan kepada saya selaku diaspora berbakat, berstempel KBRI Budapest dan ditandatangani beliau. Itu kisah seribu satu. Matur sembah nuwun, kanjeng ibu.... Hmmm, dalam detik-detik terakhir pelepasan jabatan, apa perasaan beliau yang selalu tampil 100% Indonesia itu, ya? Tentu campur-campur. Beliau mengaku bersyukur bahwa dikarunia hari-hari terakhir terindah yang bisa dimiliki dalam hidup.
Menjadi orang yang banyak didengar orang-orang menjadi bagian hidup bu dubes yang luar biasa. Jika menjadi orang biasa, belum tentu apa yang beliau katakan didengar orang-orang. Pengakuan dari orang Hongaria dari kalangan biasa sampai pejabat penting negara, menjadi tanda kesuksesan dan pencapaian utusan negara RI itu.
Harapan semoga KBRI di Budapest semakin maju, nama Indonesia semakin berkibar. Ditambah, apa yang sudah dimulai beliau tidak berhenti begitu saja karena beliau kembali ke tanah air.