"Wah, bagus. Coro Jowo? Nanti biar dibawa ibu saja, ya? Sudah kenal ibu, belum? Ibu dari Solo."
"Belum, pak." Saya mengikuti beliau untuk menyalami istri pak dubes, Bu Sartika, lalu pergi karena para tamu sudah memenuhi kursi lagi pertanda acara akan segera diteruskan lagi.
Kami pun kembali ke tempat duduk semula. Barisan paling depan di sayap kiri. Hanya berjarak 5 kursi dari kursi tempat duduk bapak dubes yang ada di tengah-tengah. Inilah berkah kalau berangkat lebih awal dari tamu lainnya. Satu jam sebelum acara dimulai. Halahhh .... baru tahu kalau acara diubah dari pukul 18.00 seperti tertera dalam brosur awal yang dibagi mbak Andi, menjadi pukul 18.30 dalam daftar acara yang ada di meja.
Betul kata dubes LBBP RI untuk Hungaria 2014-2018, Y.M. Dra. Wening Esthyprobo Fatandari, M.A. dalam edan WhatsApp beliau. Kesan pertama saya pada dubes RI yang baru; ramah, presentatif, muda, chic, cerdas, pintar dan enerjik. Maklum beliau masih 55 tahun.
Kedua, pak dubes sangat mencintai dan menghormati pasangan hidupnya. Contohnya pada akhir acara, beliau didaulat menyerahkan rangkaian bunga kepada para penyaji seperti Balawan dari Bali, grup Tari Saman dari Muenchen dan tim kesenian KBRI Berlin. Tak disangka ketika pak dubes menerima bunga dari MC, pejabat muda itu memindahtangankan pada sang istri supaya diteruskan pada mereka. Speechless.
Yang menarik dari dubes RI untuk Jerman yang baru ini adalah, sebelumnya pria kelahiran 1963 itu pernah menjabat sebagai dubes RI untuk Belgia. Di sanalah, lulusan Fakultas Hukum UNDIP dan Universitas Harvard USA itu memberikan hadiah sebuah komik Tintin kepada Raja Albert II saat menyerahkan surat kepercayaan presiden RI yang mengutusnya untuk memimpin KBRI di Berlin. Itulah sebabnya, Yang Mulia Bp. Arief Havas Oegroseno ,S.H, LL.M dijuluki sebagai "diplomat Tintin."
Mengapa komik itu? Bukan sembarang komik karena ada cerita tentang Indonesia di dalamnya. Sebuah pesan khusus dan istimewa demi mengingatkan betapa negara kita sangat kaya, luhur dan indah tiada tara lewat The Adventures of Tintin: Flight 714 to Sydney. Jika Tintin saja sudah banyak tahu tentang Indonesia, tanah tumpah darah kita, kita nggak boleh kalah sama dia. Janji, ya, tenan-teman; merah- putih dan garuda di dada.
Di sini saya mau titip pesan, siapa tahu beliau membacanya karena artikel saya terdahulu tentang workshop bahasa Indonesia di Konstanz yang didukung KBRI, dibaca oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Berlin Dr. Achmad Sofi tahun lalu. Ketika bertemu di Berlin Oktober lalu, direspon secara lesan, malah saya yang lupa.
Semoga dengan ditempatkannya dubes yang baru, memberi semangat baru bagi diaspora di Jerman. Karena diaspora adalah tangan- tangan kecil dari utusan negara seperti beliau, semoga beliau benar-benar menjadi bapak bagi kami, diaspora di Jerman. Janji, ya, pak; ing ngarso sung tuladha, ing madya Mangun karsa, tut wuri Handayani. Bapak adalah pemimpin kami, pendamping di saat kami butuh dan motivator ketika kami jatuh. Selamat datang di Jerman dan menuaikan tugas negara sejak 8 Mei 2018.(G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H