Saya menyebut Mia Patria begitu. Prinsip yang paling enggak oleh 30-an anggotanya sudah dilakoni selama 8 tahun ini.
Mula-mula, mereka harus terbang dari Jakarta menuju Moutier di Swiss. Bayangkan persiapan yang harus mereka lakukan. Selain sehat jiwa raga, barangkali pakai minum jamu sampai olahraga buat jaga stamina, banyak hal yang harus mereka hadapi. Mulai dari visa, ijin kantor/kampus, sampai packing koper segaban.
Segaban? Gimana nggak segaban. Dari baju tari, pernak-pernik asesoris, make-up sampai perlengkapan lenong yang banyak dan berat itu butuh koper yang luas dan besar. Ingat, bagasi ke luar negeri hanya 30 kg. Berarti harus ada ekstra, ya? Saya bayangin yang datang kontener 4 kaki seperti orang mau pindahan.
Itu belum tetek-bengek lainnya yang diperlukan selama tinggal di Eropa. Yaaaap, dingin. Kalau saya biasa bawa minyak angin, remason, jamu sampai apa lagi yang kebawa, ya? Merekapun pasti bawa banyak kaos kaki dan jaket penghangat tubuh. Kalau enggak, bisa "hatciiiiiiiih!"
Seperti tahun 2008 dalam persiapan misa budaya, misa angklung dan nada nusantara untuk tur tahun pertama 2010, sebagai duta budaya, ada latihan rutin yang mereka ikuti jauh hari sebelum berangkat. Kalau nggak, tampilan grup nggak bakal serempak, nggak kompak. Nggak percaya? Coba, deh, kalau kita nggak latihan tari Saman, kemudian tiba-tiba harus pentas. Salah-salah, kepala kita dikeplak teman sebelah karena hitungannya salah. "Plaaakkk."
Kalau sudah latihan ketat, pasti siap pentas. Sejak 30 Agustus-15 September, mereka punya jadwal ketat. Tanggal 31 Agustus 2018 pukul 18.00 di Spectacle au Cloitre St. Ursanne (Jura), 1 September pukul 17.30 di Messe a l'eglise Notre-Damme Moutier dan pukul 19.00 di Spectacle a la Maison des Oeuvres Moutier, 3 September pukul 19.30 di Romisch-Katholische Kirche St. Josef (Solothurn), 5 September pukul 17.30 di Spectacle au Restaurant Croix Federale (Jura).
Lalu lanjut lagi pada 7 September pukul 19.30 di Chunrat-Haus der Musik (St.Gallen), 8 September pukul 16.30 di Arche Winti Freikirche (Winterthur), 9 September pukul 11.00 di Dreifaltigkeitskirche (Bern), 14 September pukul 17.00 di Spectacle aus Marche du Vendredi Soir (Moutier), 15 September pukul 18.00 di Katholische Kirche (Niederuzwil), 16 September pukul 10.00 di Katholische Kirche (Rebstein).
Di akhir bulan yaitu tanggal 22 September pukul 15.00 mereka tampil di Skyline Plaza (Frankfurt), 23 September pukul 11.00 di St. Laurentius (Weinheim) dan pukul 18.00 di Pestalozzi Halle (Edingen), 29 September pukul 10.00 di Altenheim Schneider dan pukul 18.00 di St. Christophorus Kirche (Ruesselsheim), 30 September pukul 10.30 di St. Laurentius (Hemsbach) dan pukul 17.00 di Sulzbach.
Dari membaca rangkaian tur yang dikirim oleh Mega adiknya Ureth aka Ria, salah satu peserta yang saya kenal lewat dunia maya itu, saya bisa capek sendiri meski bukan yang nglakoni.
Selain kesehatan jasmani, mental mereka harus kuat, lho. Nggak boleh ngot-ngotan, nggak boleh homesick terus, mereka harus tetap semangat, syantik dan senyum meski rasanya asli cuapek banget.
Namanya tinggal di negeri orang, beda doong. Bisa saja langsung pilek, pusing, perut mules, bibir dan kaki pecah sampai rambut rontok karena kedinginan. Belum lagi pengalaman unik tidur di barak sampai dititipkan rumah tetangga. Nahhh... apakah kita sanggup?