Gereja St. Christophorus di Ruesselsheim deket Frankfurt masih sepi, padahal setengah jam lagi acara dimulai. Kursi-kursi di depan gereja yang kosong, segera kami duduki. Brrr... agak dingin, maklum, sudah musim gugur.Dari arah kanan gereja terdengar suara cekikian. "Ah, pasti orang Indonesia", pikir saya. Mana ada orang Jerman ketawa lepas seperti kita? Hahahaha... nggak ada!
Tak berapa lama, pintu gereja dibuka, kami boleh masuk. Waduh ruangannya besar tetapi yang datang masih sedikit. Memang masih terlalu dini. Kami letakkan jaket di kursi paling depan di sebelah kanan panggung.
Sembari menunggu tamu datang, kami mau lihat-lihat pameran mini yang menawarkan souvenir dan makanan kecil dari Indonesia. Saya pilih kalung dayak warna merah-putih dan anting dayak kuning. Namanya perempuan, kalau belanja kadang nggak ingat waktu. Musti diingetin.
Ohhh. Terdengar bunyi mikrofon dicoba. "Tes... tes... tes... satu-dua-tiga." Ahai, sudah waktunya kembali ke kursi. Omaigot, baru sadar kalau ruangan sudah penuh dengan orang Jerman. Mereka pasti juga pengen lihat koor grup Mia Patria dari Indonesia. Grup yang ekstra datang dari 29 Agustus -2 Oktober 2018 untuk mengelilingi Swiss, Prancis, Italia dan Jerman mewakili Indonesia dalam konser budaya.
Mia Patria, meine Heimat atau Tanah Airku. Nama itu nggak asing di telinga publik Jerman akhir-akhir ini karena grup itulah yang menjamu mereka dengan keanekaragaman Indonesia.
Komunitas budaya yang digagas almarhum Linus Putut Pudyantoro itu sudah mengadakan perjalanan budaya sejak 2010 ke Eropa, disusul 2012 (Eropa), 2013 (Amerika), 2016 (Eropa), 2018 (Eropa). Keren, ya.
Yang ikut tur adalah aktivis paduan suara di paroki-paroki Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Anggotanya nggak hanya laki-laki tapi juga perempuan. Hidup, perempuan! Wah-wah, pesertanya yang muda, cantik-cantik, kinyis-kinyis banyak, yang sudah matang sekali? Ada. Status mereka nggak melulu mahasiswa, lho, tapi juga pekerja.
Jadi kalau ada acara ya, berangkatttt! Selain menjadi duta budaya, mereka tambah pengalaman, tambah pengetahuan tentang daerah baru yang dijelajahi, tambah negara yang dikunjungi, tambah kenalan baru, tambah kosakata baru. Kurang apa cobaaaa?
Eit, apa berangkat orangnya saja? Talentanya juga dibawalah, namanya juga pentas budaya. Pentas yang mereka bawakan adalah koor lagu daerah dengan koreo, tari daerah dan permainan angklung. Paling nggak, dua jaman mereka bahu-membahu menjadi satu, Indonesia! Jadi harus bisa nyanyi, nari dan main musik.