![Terang bulan dari jendela kamar tidur (dok.Gana)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/07/31/ger6-5b6030416ddcae70486c0203.jpg?t=o&v=555)
![Bulan dari hutan depan rumah (dok.Gana)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/07/31/ger7-5b60305fd1962e5dff5dd5ec.jpg?t=o&v=555)
![Ternyata kamera HP juga punya batasan (dok.Gana)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/07/31/ger8-5b60311acaf7db687b260c14.jpg?t=o&v=555)
![Silau (dok.Gana)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/07/31/ger9-5b6031e95e137358aa61c015.jpg?t=o&v=555)
Begitu pengalaman saya melihat bulan merah dalam sekejap. Bagaimana dengan daerah sekitar rumah kami?
Di Stuttgart, ibukota negara bagian Baden-Wuerttemberg, Jerman Selatan yang satu jaman dari rumah itu diperkirakan orang-orang mulai berdiri sejak pukul 21.00 sampai 01.28 (4 jam 28 menit) untuk mengamati fenomena alam yang jarang terjadi itu. Betapa tidak, banyak gerhana bulan tapi nggak seindah hari itu.
Pada Jumat itu orang-orang baru bisa melihat gerhana bulan total pukul 21.30 dan mencapai puncaknya memerah pada pukul 22.21. Kemudian, gerhana bulan total berakhir pada pukul 23.13. Tanggal 28 Juli 2018 pukul 00.19, bayangan bumi meninggalkan permukaan bulan, warna merahnya menghilang. Dikabarkan gerhana bulan separoh akan terlihat lagi pada tanggal 11 Agustus 2018. Pukul 01.28 gerhana bulan hilang.
Jadi kampung kami dan Stuttgart telah menyaksikan bulan merah itu. Sedangkan wilayah tengah Jerman seperti Brandenburgs, Sachsen-Anhalts, Sachsens dan Thueringens sedang nggak beruntung tahun ini, dibandingkan kami yang tinggal di Jerman Selatan, Jerman Utara dan Jerman Barat.
Sekarang gantian, bagaimana dengan pengalaman Anda mengamati gerhana bulan total di Indonesia? Pasti seru. Mari berbagi. (G76)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI