Kedua, pergi ke toko Turki.
Lho? Meski nggak ada mall deket rumah, untung tetap ada toko kecil orang Turki di kota-kota sebelah, yang menjual bahan makanan dan minuman berlabel halal dan tutup pukul 20.00. Contoh kota terdekatnya; Tuttlingen, Spaichingen dan Konstanz.
Mungkin beda dengan di Indonesia yang hampir semua toko dan supermarket harus memperhatikan sertifikasi halal. Di Jerman, mayoritas penduduknya Katholik jadi ya nggak sama lah. Makanya, harus ke toko khusus untuk mendapatkan bahan makanan dan minuman berlabel halal.
Di sanalah, kami bisa menemukan sayuran dan buah-buahan segar. Toko daging yang cara penyembelihannya sah sesuai ajaran Islam juga ada di dalamnya. Sungguh rasanya gimana gitu, kalau belanja di toko-toko Jerman, serasa belanja di Indonesia! Eh, ada Indomie juga, lho. Keren, ya.
Oh, ya. Sosis atau salami/irisan daging yang dimasukkan ke plastik misalnya, juga sudah ditempeli tulisan Arab "Halal." Begitulah, ada perasaan yang berbeda ketika menemukan dan mengkonsumsinya nanti. Jarang-jarang memang ....
***
Demikian, salah dua dari sekian acara ngabuburit saya di Jerman selama ini. Semoga menambah semangat Kompasianer semua yang biasa berpuasa di dalam negeri dalam kurun waktu yang pendek dan banyak temennya. Ayo, lebih semangat puasanya tahun depan!
Pada hakekatnya, berpuasa nggak hanya menahan lapar dan dahaga. Menurut saya, ituuu yang paling susahhhh. Iya, menahan hawa-hawa lainnya. Puasa, masih suka marah-marah, nadanya sampai "do" pakai titik. Bagaimana pengalaman Anda? (G76)
P.s: Meski telat, selamat lebaran bagi Kompasianer yang menjalankan. Maaf kalau ada salah kata, tulisan atau komentar. Semoga tetap sehat dan bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H