Waktu kami ke Haigerloch, ada sebuah kastil yang tamannya wangiii banget karena menanam ratusan Flieder.
Di rumah kami hanya ada 3 pohon, itu saja warisan dari orang. Nggak nanam sendiri. Untungnya, karena sekitarnya lembab, ia manak alias beranak. Rencana mau saya pindahkan ke kebun belakang. Biar wangi.
8. Raps, Bunga Raps
Minyak goreng adalah salah satu sembako penting yang harus ada di gudang makanan kami. Dulu, kami biasa mengkonsumsi minyak goreng dari Raps karena harganya murah. Akhir-akhir ini, suami menganjurkan saya untuk lebih banyak pakai minyak goreng bunga matahari dan zaitun. Meskipun agak mahal tapi lebih sehat, katanya.
Yang nyenengin, kami tinggal di daerah pegunungan dan hutan. Di sanalah para petani masih rajin menanam Raps. Suka memandangi hijaunya pepohonan, hutan dan gunung. Sentuhan hamparan ladang Raps yang kuning, menyenangkan hati.
Petani di daerah kami biasa kerja sendiri-mandiri (memotong rumput liar sendiri, membajak sendiri, menanam biji sendiri, menyiram sendiri, menyebar pupuk sendiri). Mesinnya banyak dan gede-gede yang harganya bisa satu rumah. Makanya petani punya Scheune, gudang besar tempat menyimpan alat, mesin dan hasil buminya.
Beda di Indonesia ya, akan banyak orang membantu petani mengerjakan sawah atau ladangnya.
Begitulah manusia modern, lebih mementingkan efektivitas dan efisiensi kerja. Kata mereka susah kerja sama orang, banyak tuntutan. Enak kerja sama mesin, kalau rewel dimatiin.
Mai=mei, Glockchen=lonceng kecil.
Tanaman ini mirip dengan Baerlauch. Bedanya, pertama, Maiglockchen punya bunga putih mirip lonceng yang banyak di satu gagang. Baerlauch hanya sedikit dan menuju ke atas. Kedua, daun Baerlauch jika dipetik atau dikunyah rasanya bawang putih, sedangkan Maiglockchen tidak.