Oh, ya, biasanya pohon ceri berbunga pada musim semi, lalu gugur bunganya dan muncullah buahnya. Selain dimakan begitu saja, ceri biasa dibuat orang Jerman sebagai teh, selai atau kue.
An apel a day, keeps the doctor away. Makanlah sebutir apel setiap hari supaya sehat. Itu barangkali menjadi pegangan masyarakat Jerman. Nggak heran kalau harga apel di Jerman itu lebih murah dari di Indonesia dan hampir di setiap pekarangan ada pohonnya! Khususnya di kawasan di mana kami tinggal di Blackforest, Baden Wuerttemberg.
Di rumah kami sendiri ada 4, dua pohon apel hanya bisa dimakan burung karena kecil dan rasanya pahit. Dua untuk dikonsumsi, besar dengan warna merah dan satunya, warna oranye.
"Sakura, di sini ada pesta, pestanya mbak Gana. Mbak Gana minta apa?" Itu nyanyian dolanan anak waktu saya masih kanak-kanak. Membentuk lingkaran, semua tangan bergandengan dan bergerak kompak ke kanan atau ke kiri dan salah satu di tengah-tengah yang memberikan jawaban pertanyaan grup. Ah, masa kecil memang masa paling bahagia, innocent abissss.
Yup. Terinspirasi dengan keindahan sakura Jepang dan jajaran Mandelbaum atau pohon almon dan Kirschbaumatau pohon ceri di jalanan Jerman, saya pengen banget menanam pohon itu di halaman kebun kami. Emang kurang punya warisan 15 jenis pohon dari pemilik lama? Memang saya inih kurang kerjaan.
Sampai suatu hari di swalayan tempat kami biasa belanja menawarkannya. Langsung beli 3 dengan harga masing-masing 15 euro! Berharap 10 tahun lagi punya kebun berwarna pink.
Awal-awalnya sedih karena bunga nggak mekar seperti yang saya harapkan, disiram pakai ember biar puas eee... tetep saja bunganya mana? Untung tahun ini matahari berbaik hati mengundang bunga untuk datang meski mudah pergi. Hore... kebun saya jadi merah muda beberapa minggu!
Kalau Anda senang harum melati atau sedap malam, pasti Anda suka bunga Jerman ini. Bunga yang warnanya lila terang, lila gelap dan putih itu ada di mana-mana di seantero Jerman.