Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ujian Sekolah di Jerman Juga Pernah Kebocoran

2 Mei 2018   22:09 Diperbarui: 3 Mei 2018   21:34 2791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ruang kuliah jurusan kedokteran di Leipzig | www.spiegel.de

Meskipun berada di luar negeri, saya ingat banget hari ini Rabu, 2 Mei 2018, Indonesia memperingati Hardiknas. Hari Pendidikan Nasional yang mengingatkan kita akan perjuangan Ki Hajar Dewantara. Sebagai pelopor pendidikan tanah air dan pendiri Taman Siswa, semoga semangat beliau nggak luntur oleh zaman karena penerusnya (kita semua) melestarikan visi misi beliau sampai jadi semakin modern dan canggih menuju bangsa yang maju, nggak hanya berkembang terus.

Sekarang, mau bagi-bagi pengamatan saya terhadap suasana pendidikan di Jerman khususnya di daerah Selatan, di wilayah Baden-Wuerttemberg akhir-akhir ini. Iyaaaa, musim ujiaaaaann!

VERA 3 (VERgleichsArbeiten in der 3 Jahrgangstufe), alias Ujian Persamaan Kelas 3 SD
Sebelum liburan akhir pekan yang panjang dari Sabtu sampai Selasa (kemaren), anak-anak kelas 3 SD selesai menghadapi ujian VERA. 

VERA? Ihhh, namanya cantik ya, tapi belum tentu membuat anak-anak Jerman kesengsem. Betapa tidak, mereka setidaknya belajar ekstra untuk mengerjakan soal-soal matematika (groessen und messen atau ukuran dan mengukur, raum und form atau ruang dan bentuk) dan bahasa Jerman (24 April 2018, membaca/pemahaman teks atau lesendan 26 April 2018, sprachgebrauch atau pemakaian bahasa Jerman). Nggak sekadar mendengarkan guru di kelas dan bikin PR di rumah saja. Harus ada latihan tambahan di rumah. Sendiri atau sama mama? Boleeeh.

Jadi ketika baru pulang dari Pakistan dan Qatar selama 3 minggu pada bulan Februari lalu, langsung saya print contoh soal-soal VERA untuk si bungsu. Pertama yang saya tekankan pada anak adalah, keep calm and study. Artinya, ia nggak boleh takut menghadapi ujian persamaan karena nggak bakal mempengaruhi rapot kenaikan ke kelas IV tetapi hanya sebagai laporan sekolah dan daerah setempat tentang beberapa hal. Jangan lupa latihan VERA di rumah.

Tujuan VERA antara lain; untuk tahu sejauh mana pelajaran di sekolah diserap oleh murid, standardisasi, evaluasi, informasi bagi orang tua dan pihak-pihak yang berkepentingan. 

Yup. Persiapan mental tadi tentu sudah pernah saya lakukan pada dua anak kami sebelumnya. Namanya anak, beda-beda. Tetapi kalau kakak-kakaknya yang bandel nggak semangat belajar saja bisa, anak kami yang terakhir ini pasti lebih bisa. 

Selain batuknya nonong, wong dulu waktu umur satu tahun pernah ngemut kartu memori 16 GB. Saya yang habis download foto kamera ke laptop lalu tingak-tinguk bingung kartunya hilang dari meja. Nggak tahunya diambil anak dan dimasukkin ke mulut. Namanya juga anak balita, mau tauuu aja. "Ini benda apa?" Tuh. Rasanya pasti pahit, ya? Untung segera ketahuan dan nggak ketelen. Seremmmm.

Selama latihan tes di rumah, saya beri nilai (setelah ngintip jawaban dari internet) dan tentu, tanda tangan sekalian komentar "bagus." Itu sebagai penyemangat bahwa ia bisa. Pasti bisa. Nasihat seperti "Berdoa sebelum mengerjakan, kerjakan yang mudah dulu, lalu jika selesai, cek yang masih belum terjawab dan jawab semaksimalnya" seperti lirik lagu mengalun di telinganya. 

Setelah tes berlalu, ia semangat karena bisa mengerjakannya. Ia yakin itu karena ada persiapan mental dan tentu latihan di rumah. Bangga rasanya karena banyak temannya yang nggak belajar atau nggak latihan di rumah sama sekali. Jawabnya gimana? Menghitung kancing kali.

Ah. Saya ingat banget pernah EBTA/EBTANAS, itu saja sudah kelas 6, lebih dewasa. Belum pernah ada tes atau ujian selain untuk mengisi rapor yang saya alami ketika kelas 3 SD. Apa yang anak kami lakukan tentu hal yang baru bagi kami dan tentu, horee ... ngalahin ibunya.

Bab hasil ujian VERA akan diberitahukan kepada orang tua dalam waktu dekat. Saya masih ingat hasil ujian VERA 3 anak yang nomor dua, sekolahnya masuk peringkat 2. Secara tidak langsung ia menyumbangkan nilai bagus, bukan?

Abschlusspruefung, Ujian Akhir Anak Kelas 9, 10 dan 12
Ketika menyetir dalam perjalanan mengantar anak bungsu ke sekolah, saya mendengarkan radio. Di sanalah penyiar menceritakan kisah menggegerkan bahwa ujian realschulekelas 10 harus ditunda. Mengapa? Karena sebuah amplop soal bahasa Jerman di daerah Bad Duerrach sudah terbuka sebelum waktunya (16 April 2018). Nggak jelas identitas siapa yang mencuri dan membukanya.

Walhasil seluruh sekolah di negara bagian Baden-Wuerttemberg ditunda dan ujian baru dilaksanakan pada tanggal 27 April 2018. Negara Jerman kita pandang sebagai negara yang modern dan canggih tapi tetap kuwalahan menghadapi masalah itu. Alasan penundaan yang termasuk lama, karena pihak penyelenggara ujian nggak bisa memproduksi lembar soal dan jawaban untuk seluruh sekolah di negara bagian itu dalam waktu singkat. Sementara itu, mata pelajaran lain yang diujikan untuk Realschule (kelas 10) yakni, matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Perancis.

Kecurangan yang mirip sebenarnya sudah pernah terjadi di Stuttgart, di sekolah gymnasium (kelas 12). Gara-gara kemalingan itu, soal ujian matematika dan Inggris di seluruh wilayah Baden Wuerttemberg dan beberapa negara bagian lainnya ditukar.

Pemerintah negara bagian kami itu memang kudu belajar dari pengalaman. Kesalahan pertama itu biasa, kedua itu belajar, ketiga akan menjadi sebuah kebodohan.

Kisah kecolongan soal ujian itu menyambung kritik keras terhadap soal ujian bahasa Inggris untuk Abiturkelas 12. Peserta ujian protes keras dan minta ujian diulangi. Ada yang bilang banyak kata atau kalimat yang sudah nggak relevan dipakai di jaman sekarang lah. Ada yang komentar bahwa kata-kata sulit di soal nggak bisa ditemukan di Woerterbuch atau kamus. 

Ada yang nyeletuk bahwa ujian bahasa Inggris tahun ini lebih sulit dari tahun kemarin lah dan seterusnya. Di lain sisi, ada seorang siswi yang bijak menengahi opini kontra "Sesulit apapun kalau belajarnya sungguh-sungguh, soal sulit nggak ada masalah."

Persiapan ujian matematika dan bahasa Inggris untuk segala tingkatan diadakan oleh lembaga kami Volkshochschule di Tuttlingen sejak bulan Januari lalu. Beanya mencapai ratusan euro untuk beberapa kali pertemuan. Yang nggak punya dana, harus belajar keras sendiri lewat internet, dengan saudara, tetangga atau orang tua. Intinya, di mana ada kemauan, di situ ada jalan.

Seorang nenek dari seorang peserta ujian juga ikut protes, "Kalau ujiannya sulit dan nilainya jeblok kasihan cucu saya, cari kerja susah, nerusin kuliah juga belum tentu diterima dengan nilai itu. Harusnya diulangi," curhatnya pada saya. Saya menyimak dan menganggukan kepala, lalu pergi menuju mobil, ditelan malam yang sudah larut dan dingin.

Hmm. Meskipun demikian menteri pendidikan dan kebudayaan setempat menegaskan bahwa tidak akan ada pengulangan ujian bahasa Inggris. Titik! (Nah, itu model orang Jerman betul, nggak bisa ditawar). Pihaknya telah melakukan pengecekan terhadap isu tersebut dan hasilnya, ujian itu memenuhi standar machbar (bisa dikerjakan rata-rata murid Abitur). Mein liebe Zeit!

***

Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat dan di belakang memberi kekuatan. Kalimat itu warisan dari Ki Hajar Dewantara.

Jerman memberi sedikit contoh tentang pelaksanaan ujian sekolah di negaranya yang sempat kesandung dan cara mengatasinya. 

Bagaimana dengan Indonesia? Haaa ... Soal ujian yang bocor, jawaban yang dibagi-bagi siswa-siswi dalam lingkungan pertemanan sudah sering saya dengar dan lihat waktu zaman saya sekolah dulu. Apakah sekarang masih model begitu? Selamat Hari Pendidikan Nasional, negeri tercinta Indonesia!(G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun