Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ujian Sekolah di Jerman Juga Pernah Kebocoran

2 Mei 2018   22:09 Diperbarui: 3 Mei 2018   21:34 2791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ruang kuliah jurusan kedokteran di Leipzig | www.spiegel.de

Bab hasil ujian VERA akan diberitahukan kepada orang tua dalam waktu dekat. Saya masih ingat hasil ujian VERA 3 anak yang nomor dua, sekolahnya masuk peringkat 2. Secara tidak langsung ia menyumbangkan nilai bagus, bukan?

Abschlusspruefung, Ujian Akhir Anak Kelas 9, 10 dan 12
Ketika menyetir dalam perjalanan mengantar anak bungsu ke sekolah, saya mendengarkan radio. Di sanalah penyiar menceritakan kisah menggegerkan bahwa ujian realschulekelas 10 harus ditunda. Mengapa? Karena sebuah amplop soal bahasa Jerman di daerah Bad Duerrach sudah terbuka sebelum waktunya (16 April 2018). Nggak jelas identitas siapa yang mencuri dan membukanya.

Walhasil seluruh sekolah di negara bagian Baden-Wuerttemberg ditunda dan ujian baru dilaksanakan pada tanggal 27 April 2018. Negara Jerman kita pandang sebagai negara yang modern dan canggih tapi tetap kuwalahan menghadapi masalah itu. Alasan penundaan yang termasuk lama, karena pihak penyelenggara ujian nggak bisa memproduksi lembar soal dan jawaban untuk seluruh sekolah di negara bagian itu dalam waktu singkat. Sementara itu, mata pelajaran lain yang diujikan untuk Realschule (kelas 10) yakni, matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Perancis.

Kecurangan yang mirip sebenarnya sudah pernah terjadi di Stuttgart, di sekolah gymnasium (kelas 12). Gara-gara kemalingan itu, soal ujian matematika dan Inggris di seluruh wilayah Baden Wuerttemberg dan beberapa negara bagian lainnya ditukar.

Pemerintah negara bagian kami itu memang kudu belajar dari pengalaman. Kesalahan pertama itu biasa, kedua itu belajar, ketiga akan menjadi sebuah kebodohan.

Kisah kecolongan soal ujian itu menyambung kritik keras terhadap soal ujian bahasa Inggris untuk Abiturkelas 12. Peserta ujian protes keras dan minta ujian diulangi. Ada yang bilang banyak kata atau kalimat yang sudah nggak relevan dipakai di jaman sekarang lah. Ada yang komentar bahwa kata-kata sulit di soal nggak bisa ditemukan di Woerterbuch atau kamus. 

Ada yang nyeletuk bahwa ujian bahasa Inggris tahun ini lebih sulit dari tahun kemarin lah dan seterusnya. Di lain sisi, ada seorang siswi yang bijak menengahi opini kontra "Sesulit apapun kalau belajarnya sungguh-sungguh, soal sulit nggak ada masalah."

Persiapan ujian matematika dan bahasa Inggris untuk segala tingkatan diadakan oleh lembaga kami Volkshochschule di Tuttlingen sejak bulan Januari lalu. Beanya mencapai ratusan euro untuk beberapa kali pertemuan. Yang nggak punya dana, harus belajar keras sendiri lewat internet, dengan saudara, tetangga atau orang tua. Intinya, di mana ada kemauan, di situ ada jalan.

Seorang nenek dari seorang peserta ujian juga ikut protes, "Kalau ujiannya sulit dan nilainya jeblok kasihan cucu saya, cari kerja susah, nerusin kuliah juga belum tentu diterima dengan nilai itu. Harusnya diulangi," curhatnya pada saya. Saya menyimak dan menganggukan kepala, lalu pergi menuju mobil, ditelan malam yang sudah larut dan dingin.

Hmm. Meskipun demikian menteri pendidikan dan kebudayaan setempat menegaskan bahwa tidak akan ada pengulangan ujian bahasa Inggris. Titik! (Nah, itu model orang Jerman betul, nggak bisa ditawar). Pihaknya telah melakukan pengecekan terhadap isu tersebut dan hasilnya, ujian itu memenuhi standar machbar (bisa dikerjakan rata-rata murid Abitur). Mein liebe Zeit!

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun