Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lurik Naik Pamor di Jerman

10 April 2018   19:03 Diperbarui: 10 April 2018   19:25 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbak Lina dengan tas, baju dan topi lurik karyanya (dok.Lina)

Rupanya, mbak Lina berhasil menemukan keunikan passion-nya. Walhasil, kalau Perancis punya LV (Louis Vuitton), Indonesia punya LB. Ia menciptakan merk LB (Lina Berlina) yang disematkan pada produk seperti tas tangan, tas laptop, baju, rok, syal, topi, kemeja dan lain-lain. Bahannya sangat tradisional, LURIK! Wow banget. Proud of you, mbak. Ich bin sehr stolz auf dich, vielen Dank.

The magic strips (dok.Lina Berlina)
The magic strips (dok.Lina Berlina)
Baju dan sepatu lurik LB (dok.Jrgen Freymann)
Baju dan sepatu lurik LB (dok.Jrgen Freymann)
Lurik disebutnya sebagai the magic strips. Garis-garis hitam coklat (kadang biru coklat, lain waktu hijau coklat) yang barangkali orang Indonesia sendiri (yang punya kekayaan budaya) justru meremehkan, nggak pernah pakai atau menyebutnya ndesoatau kampungan. Bagi mbak Lina, lurik adalah garis-garis ajaib yang nggak hanya menunjukkan keindonesiaan tapi gaya unik dari hasil produksinya.

Di Jerman? Jangan tanya. Yang pakai cantik-cantik, ganteng-ganteng dan kaya-kaya. Harga satu tas dari mbak Lina bisa mencapai ratusan euro yang berarti jutaan rupiah. Bukan sembarang desain, lho yaaa.

Yang unik, saya amati dalam video-videonya, mbak Lina menggarap pamerannya dengan cinta. Menyatukan antara peragaan busana dan budaya. Lewat musik, tarian dan masakan khas dari Indonesia misalnya. Peragaan yang luar biasa, bukan semata untuk kepentingan pribadi tapi juga negara.

Hasil karya mbak Lina dipamerkan secara permanen di lantai I hotel Hilton Berlin dan di Gendarmarkt. Kerjasama yang tentunya diraih atas dasar saling percaya dan prestasi. Mbak Lina, andai dubes RI untuk Jerman suka ngasi penghargaan pada insan diaspora yang berbakat dan berprestasi untuk RI di negeri orang, pasti kamu sudah dapat award berapa, cobaaa?  

Tas laptop karya LB (dok.Lina Berlina)
Tas laptop karya LB (dok.Lina Berlina)
Akhir kata, mbak Lina Berlina adalah salah satu contoh warga negara Indonesia yang mampu mengangkat yang jadul dan tradisional menjadi sesuatu yang eksklusif. Tuhan menempatkannya di luar negeri seperti Jerman, yang memberi keleluasaan untuk berkarya bagi semua jenis kelamin, nggak hanya laki-laki, dan tentu macam-macam ras.

Teman-teman, saya nggak mau jadi orang yang hanya berkeluh-kesah dan mengacungkan jari ke orang lain karena dituding salah ini dan itu. Berada di luar negeri sebagai bagian dari Indonesia, saya hanya ingat pepatah John F Kennedy "Ask not what your country can do for you, ask what you can do for your country." Diengggg .... Mak jleb, kaaan?! (G76)

P.s: Mbak Dinda alias Kompasianer Sri Subekti salah satu admin RTC, ini ngingetin kamu sama lurik Kudus, nggak? Semoga di kotamu masih banyak orang yang pakai. Jangan kalah sama orang Jerman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun