Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengintip Tradisi Membeli Pohon Natal Asli di Jerman

15 Desember 2017   14:53 Diperbarui: 15 Desember 2017   19:45 2274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudah pilih? Bungkusss dengan alat jaring-jaring! (dok.Gana)

Ya. Hiasan bola-bola kebanyakan terbuat dari gelas, meski ada juga yang dari plastik. Paling repot kalau punya anjing atau kucing atau anak kecil lantaran bola gelas jadi banyak yang pecah. Saking sebelnya, tetangga saya memasang di balkon yang tertutup supaya kucingnya tidak meloncat-loncat dan memecahkan hiasannya. Glck und Glass schnell bricht ist das (keberuntungan dan gelas memang mudah pecah/hilang).

Sudah pilih? Bungkusss dengan alat jaring-jaring! (dok.Gana)
Sudah pilih? Bungkusss dengan alat jaring-jaring! (dok.Gana)
Di mana membuang pohon natal?

Setelah hari tiga raja, biasanya, orang membuang pohon natal. Membuangnya tidak boleh sembarangan. Membuang ke tong sampah rumah tangga yang berwarna coklat, juga harus rapi dan sayangnya, tempatnya mungkin tidak muat jika hanya 60 liter.

Makanya, masing-masing pemda memberikan pengumuman kepada warganya, kapan dan di mana pohon natal bisa dibuang. Ada truk pengangkut yang khusus didatangkan pemda untuk warga,  di sebuah lokasi.

Selain itu, ada masyarakat yang cerdik, lebih memilih memotongnya jadi kayu bakar dan dikeringkan. Bisa dipakai untuk perapian gaya Viktoria di ruangan. Daunnya? Untuk melindungi tanaman di kebun. Caranya, dibalik dan dibungkuskan ke tanaman atau bunga. Biar kuat, batangnya ditancapkan di dalam tanah. Namanya musim salju, suhu rendah bisa membuat mereka rusak sehingga daun pohon natal bisa menjadi pelindung khusus dan bahannya juga alami. Sedangkan bahan sintetis, orang memakai karung beras, kain atau plastik sebagai pelindung tanaman di kebun.

***

Tuh, repot betul orang-orang Jerman akhir-akhir ini. Beda ya, dengan natalan di Indonesia karena sekali beli, untuk seumur hidup. Namanya juga pohon yang terbuat dari plastik. Selain nggak model beli pohon asli, pohon imitasi itu hemat dan aman di kantong, serta ramah lingkungan, lho karena tidak nyampah dan bumi jadi tidak gundul.

Tetapi ingat, harum bau pohon asli sangat beda dengan pohon plastik. Kata orang Jerman, nuansa natalnya kurang jeder tanpa pohon asli. Meskipun sebenarnya, kalau difoto mirip dan tetap cantik dan akhirnya, sama saja.

Begitulah, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Mau pohon natal plastik atau asli, saya taksir semangat natalnya sama. (G76).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun