Saya sudah periksa ke dokter karena sakit berlanjut.
Selanjutnya memakai bunion corrector (korektor bunion) dan foot orthotics atau Einlage (alas kaki untuk sepatu) secara reguler, demi menstabilkan persendian kaki. Lalu, berusaha tidak pakai sepatu yang depannya sempit atau memakai sepatu yang depannya luas. Maklum, kaki ceper. Jika jari-jari melebar lalu dipaksa untuk bersatu, mengerucut pastilah tersiksa dan sakit. Oh, berjuang keras untuk program "bye-bye, high heels" memang tidak 100% mudah.
Selain itu saya harus bagaimana lagi? Orthopolist (Ortotics prostetic specialist) dalam web-nya, punya tips bagus bagi yang terkena bunion. Selain pakai alas sepatu khusus tadi, ada terapi fisik-olahraga jempol. Menggerakkan jempol ke berbagai arah dalam hitungan 10-15 detik secara bergantian dan teratur. Jika bonggol ibu jari kemerahan, kompress dengan es atau kalau tidak hilang juga, minum obat penghilang rasa nyeri.
Beberapa pasien bunion akut ada yang dioperasi. Ngeri membayangkan operasinya, bea dan penyembuhannya.
***
OK, sekarang sudah selesai menyimak? Silakan periksa ibu jari kaki Anda. Ingat, selain faktor keturunan, kata dokter saya "Meski sebagian besar penderita bunion di dunia ini adalah perempuan, tetap ada laki-laki yang suka pakai sepatu syantik dan menjadi salah satu pasiennya."
Ya, selain sepatu yang ujungnya sempit itu membuat ujung jari terpenjara, sepatu berhak tinggi pun juga membuat tumpuan pada ibu jari dan kawan-kawan. Disarankan tidak dipakai, apalagi untuk jangka waktu lama.
Salam sehat dan bahagia. (G76).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H