Hanya saja, ada satu catatan dari pemerintah bahwa orang tua harus mengawasi apakah yang dibeli anak itu berbahaya atau tidak. Ingat cerita saya soal anak yang diberi uang 2 euro lalu menuju mesin kondom dan membelinya? Cerita selengkapnya ada di buku "Kami (tidak) Lupa Indonesia" terbitan Bentang Pustaka tahun 2015. Hahaha ....
Lalu, jika anak butuh alat tulis, baju, sepatu dan sejenisnya. Di Jerman, orang tua disarankan untuk tidak mengintimidasi uang saku. Namanya anak, pasti pernah nakal dan berbuat kesalahan. Orang tua tidak berhak memotong atau menghilangkan uang saku anak.
***
Jiahhh. Jerman ... apapun diatur, sedetil mungkin. Begitu pula dengan uang saku. Pemberian uang saku kepada anak secara langsung sendiri memiliki tujuan supaya anak mampu mengorganisasi uangnya sendiri. Ia diharapkan belajar dari kesalahan. Kalau sudah diberi uang untuk seminggu/sebulan tapi kurang atau tidak cukup, itu salahnya sendiri. Sembari belajar akuntansi, juga tanggung jawab dan mandiri.
Efek lainnya, ada anak yang akhirnya mikir "Oh, berarti harus bisa hemat. Saya harus belajar dari kesalahan." Sayangnya, ada juga anak yang masih merasa kurang, tidak pandai berterima kasih/bersyukur dan nyolong bahkan sampai ... menjual diri. Tepok jidat, lalu muter seperti gasing.
Oh, jadi ingat cerita seorang milyuner Asia yang curhat bahwa anaknya (20 tahun) diberi uang saku 1500 euro sebulan masih bilang kurang. Ho-oh. Kurangajar, tuh, pak.
Baiklah, sekarang silakan bandingkan uang saku yang Anda berikan kepada anak-anak Anda dengan rekomendasi dari Jerman. Bagaimana?(G76).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H