Menghadiri lokakarya Afiliasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing, APPBIPA memang sesuatu. Bersyukur bahwa mbak Andi Nurhaina ingat untuk mengundang saya agar ikut. Tanpanya, saya tak bisa. Terima kasih, mbak!
Dalam acara, mbak Ari yang diutus APPBIPA pusat itu menyampaikan tentang UKBI atau Uji Kemahiran Bahasa Indonesia. "TOEFL-nya Bahasa Indonesia"
"Siapa yang mau jadi relawan untuk simulasi UKBI?" Dr. Ari, dosen UN Yogyakarta bertanya pada kami.
Waaaa... saya mau kabur. Semua saling berpandangan. Kami mengkeret, sungkan. Akhirnya, didaulatlah Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Berlin, Dr. Ahmad Saufi.
"Pak Saufi... Pak Saufiii...Pak Saufiiiii." Sorak-sorai kami.
Hahaha... saya bayangkan di kaos dalam atase baru kita itu mengalir keringat sebesar biji jagung, deras berjatuhan. Menang jadi abu, kalah jadi arang.
"Tenang, saja... kamu tidak bakal dipecat." celetuk pak dubes RI untuk Jerman. Hahaha, Pak Foke... nambah-nambahin kecepatan skala jantungnya saja.
Pak Saufi diam tapi bukan semedi. Kepala pria ramah itu menunduk sebentar, geleng-geleng kepala, lalu maju ke depan. Merasa didaulat penuh oleh peserta yang hadir, termasuk saya adalah kehormatan. Betul, pak?
Dengan yakin, Pak Saufi duduk di meja pemateri. Beliau mencoba tes kemahiran berbahasa Indonesia (UKBI). Hei, sebentar, rupanya nggak hanya beliau yang deg-degan jantungnya. Saya, kok, juga ikut tegang? Bagaimana kalau saya yang dites dan ternyata nggak lulus? Hiyy, malu. Secarik kertas saya sobek, pikir saya, untuk menuliskan jawabannya. Ingin tahu sejauh mana Bahasa Indonesia saya. Alamak!
Ehem. Suasana tenang. Kami menjaga ruangan tetap sunyi, supaya pak Saufi bisa konsentrasi.
TET!