Kelima, cerita tariannya unik. Tarian ini koreografinya diciptakan oleh Dimas Pramuka Atmaji. Seniman Surabaya itu menciptakan tarian dengan mengangkat budaya pulau kecil deket Surabaya, yakni tradisi memakai gelang atau geleng Ro'om untuk para gadis suku Madura. Kalau nggak pengen belajar tarinya, saya pasti nggak ngeh budaya begituan ada di sana. Hayoooo, ngakuuuu...
Keenam, penarinya pakai gelang (Benggel atau Geleng) di kaki dan gelang krincing di tangan. Zaman kecil saya, teman-teman sebaya dibelikan orang tuanya pakai gelang kaki emas krincing dan gelang tangan yang banyak sehingga bunyinya juga krincing-krincing. Kalau bergerak, bunyinya bikin ceria. Saya kira seperti itulah keinginan pencipta tari itu bahwa gerakan yang rancak akan menimbulkan bunyi riuh gelang yang dipakai penari.
Kebaya brokat merah dan sarung warna hitam dengan aksen warna merah berkesan jreng di mata. Eye catching. Sayanya garuk-garuk, lagi mikir cara mendapatkan brokat merah berkutu baru di Jerman. Mana ada? Sarung hitam bisa motong gorden jendela atawa sprei tempat tidur. Hahahaha...
Saya masih ingat waktu pertama kali menari tari Bondan dengan membawa kendi. Ada versi yang menaiki kendi ada yang tidak. Saya pilih yang nggak karena memang belum mahir betul naik kendi, apalagi kalau kendinya masih baru dan licin. Harus ada latihan khusus untuk itu.
Begitu juga dengan kipas. Harus latihan cara membukanya saat menari. Saya ingat betul waktu di mabes Kompasiana dan menari di sana. Karena kipasnya kecil dan nggak pas, nggak bisa terbuka. Rasanya... ihh. Tambah jengkel lagi setelah nari, kipasnya rusak hahahaha. Beda sekali ketika menari di Jerman dengan kipas yang tepat. Begitu dibuka "grek!" Wah, seolah roh tariannya cetar membahana. Yang nonton ikut kaget waktu kipas dibuka tapi tentu, jantungnya nggak copot.
Begitu pula dengan tari gelang Ro'om ini. Memanggul bakul di atas kepala dan menari? Bisa? Harus bisa. Ini tantangan. Makanya harus banyak latihan. Wow, mendebarkan.
Nah, biasanya kalau latihan tari dari Youtube. Pertama saya akan membiasakan kuping dengan musik tarinya dulu. Lagi nyetrika, dengerin. Lagi masak, dengerin. Lagi di toilet, dengerin. Lagi bersih-bersih, dengerin. Ya, gitu... tiada hari tanpa klenengan.