Baru setelah beberapa bulan, mengamati gerakannya. Mencari contoh-contoh video gelang Ro'om yang ada di Youtube. Yang pas, saya contek lalu dikombinasi dan padu-padan. Mengamati gerakannya dengan ketukan musik. Kalau musiknya berubah A, gerakannya A. Kalau musiknya berubah B, gerakannya B dan seterusnya. Biasanya, musik yang sama, gerakannya saya samakan biar lebih mudah.
Emm... ada yang menarik ketika saya amati beberapa komentar di Youtube salah satu penari diaspora di Australia. Salah satunya adalah mengkritik penari "Belajar nari dengan baik lagi. Ini pasti gurunya Youtube, ya?".
Komentar itu membuat saya berpikir. Opini saya, pertama, itu sebagai motivasi si penari untuk belajar lebih keras lagi. Kedua, nggak habis pikir. Memangnya Youtube nggak boleh jadi guru tari? Tabu? Nggak boleh?
Di luar negeri amat sangat jarang ditemukan studio tari atau sanggar tarian Indonesia. Biasanya ada di KBRI. Kalau di Jerman itu biasanya di Frankfurt, Berlin atau Hamburg. Saya ingat waktu berkunjung ke KBRI di Budapest. Mereka punya sanggar kecil juga. Di sanalah para staff dan diaspora Indonesia belajar. Ada gurunya, ada perlengkapannya. Tetapi bukankah tidak semua orang bisa ke sana? Selain jauh, juga mahal di ongkos, transportasinya itu lho.
Jadinya, memanfaatkan teknologi internet untuk belajar nari. Iya, Youtube! Selain gratis, bisa diulang-ulang dan banyak variasi dari para penarinya bisa dipilih-dipilih-dipilih.
Youtube adalah chanel yang bermanfaat. Di sana banyak orang dari seluruh dunia menggunakannya untuk mengajari dan belajar sesuatu. Banyak manfaat dan inspirasi di sana. Misalnya sebelum saya ujian bahasa Jerman B2 tahun lalu, saya juga belajar di video tutorialnya. Berhasil!
Selain itu, ada banyak video tutorial untuk belajar membuat kerajinan, memasak, merias, menjahit, bercocok tanam, memasang alat elektronik, merenovasi rumah dan lain-lain. Berarti, kesadaran orang untuk belajar dan mengajari lewat video secara bebas untuk publik sudah tinggi bukan? Apa yang salah kalau belajar menari dari youtube?
Baiklah, sekarang, Anda yang muda atau tua dan ingin belajar menari secara otodidak, ayo kita mulai. Tak soal kalau gerakannya masih kaku, masih salah dan jadinya lama. Setahun, dua tahun yang penting suka dan sabar pasti bisa. Dan tidak ada yang salah kalau latihan dari Youtube. Kalau memang kondisinya tidak memungkinkan, mengapa tidak? Intinya, kita ingin melestarikan budaya bangsa... So, jalan terus. Bukan penari profi apalagi penari bayaran; sudah berani tampil, menari dan diapresiasi saja sudah senang bukan kepalang.
Garuda di dada. Salam ACI dari Jerman, ya.(G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H